Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adakah Perbedaan Banjir di Jakarta dengan Banjir di Kalimantan dan Semarang?

24 Februari 2021   08:00 Diperbarui: 24 Februari 2021   08:28 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kok, Semarang bisa banjir separah itu? Kok, banjir di Indonesia merata? Ini loh, Peringatan dini cuaca di Indonesia dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan ada sejumlah wilayah di Tanah Air berpotensi banjir.

Sabtu, 6 Februari 2021 melalui laman resminya BMKG memprediksi banjir bakal terjadi di 25 provinsi terhitung mulai hari Minggu (7/2/2021) hingga Senin, 8 Februari. Kondisi ini disebabkan hujan lebat yang turun di wilayah tersebut.

Bahkan dilaporkan ada lima provinsi telah berstatus siaga banjir, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Kira-kira, bagi para tukang nyinyir dan bikin gaduh di negeri ini, membaca atau mendengar atau menonton informasi resmi dari BMKG itu tidak?

Sedih masih ada manusia yang nyinyir

Sedih rasanya melihat dan membaca masih ada manusia di Indonesia yang terus nyinyir karena Jakarta banjir. Sepertinya, manusia-manusia ini bukan hanya gelap mata, gelap hati, dan gelap pikiran. Namun lebih tepatnya mungkin bisa disebut buta mata karena tak membaca sejarah peradaban Jakarta sejak awal lahirnya.

Bisa juga disebut buta hati, karena yang ada di hatinya hanya rasa iri dan dengki karena yang kini menjadi penguasa Jakarta lawan dan seteru politiknya, hingga buta pikiran, nyinyir menjadi pekerjaan tanpa ada kesadaran akal dan budi pekerti.

Lihat, sebelum Jakarta yang jadi langganan banjir, Kalimantan banjir. Lalu  berbagai daerah di Indonesia saling susul menyusul dan kompak sama-sama banjir. Terbaru Semarang pun ikut-ikutan banjir sejak awal Februari hingga sekarang. Yang buta mata, hati, dan pikiran, lihatlah itu? Itu bukan Jakarta.

Coba yang "sok-sok-an" menyikapi dan mengomentari banjir Jakarta, seperti anak-anak kecil yang belum pernah bersekolah dan belum pernah membaca sejarah.
Bisanya "omdo" menyalahakan, menyudutkan, mencari kambing hitam, dan ujung-ujungnya hanya dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan demi tujuan partai politiknya untuk saling menjatuhkan dan menggembosi lawan.

Bila para elite partai politik ini, sejatinya sangat paham mengapa Jakarta memiliki tradisi dan budaya banjir, tidak demikian bagi rakyat biasa yang seolah tetap buta dan tuli menyoal sejarah Jakarta yang sangat bersahabat dengan banjir.
Maka, di setiap sikap dan komentarnya yang terapung ke media massa maupun media sosial, jadi hanya sekadar berisi "sampah-sampah komentar yang tak cerdas."

Lihatlah Indonesia terkini secara utuh. Bandingkan dengan daerah lain di Indonesia, yang sangat jelas masih penuh hutan, ladang, dan sawah, yang semuanya penuh resapan air, daerah-daerah itupun tak urung dilanda banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun