Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerendahan Hati di Tengah Bencana dan Pandemi?

28 Januari 2021   07:37 Diperbarui: 28 Januari 2021   08:21 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Malah, di saat bersamaan juga ada yang tetap meresmikan proyek infrastruktur dengan bangganya. Untuk siapa pula proyek infrastruktur ngotot dibangun sementara rakyat jelata juga tidak bisa menikmatinya. Pun di tengah badai musibah dan bencana melanda Indonesia di tengah penderitaan rakyat yang tak ada habisnya. Di saat hutang Indonesia melangit dan tetap rakyat agunannya.

Semua sangat mudah dibaca, sebab hanya sebuah permainan kepentingan dan kepentingan, sementara rakyat jelata tetap saja terus menjadi korban dan dikorbankan dari ketidak-adilan, kesejahteraan, hingga hukum yang tebang pilih.

Sementara ada pihak yang terus memupuk korupsi, oligarki, politik dinasti, hingga tunduk dan bertekuk lutut kepada taipan atau lebih kerennya disebut cukong hanya demi kepentingan mereka sendiri dan rakyat hanya dipinjam untuk atas nama.

Di sisi lain, juga ada pihak yang terus pongah dan sombong, karena merasa ada di pihak yang sedang menjadi nakoda, hingga berkata-kata apa saja yang menyakiti, berbau SARA, hingga bertindak rasisme, terus dilakukan "seenak udel sendiri" tanpa batas-batas kemanusiaan di media sosial dan media massa tanpa rasa malu, sebab mencari muka dengan cara menghina dan menyakiti lawan politik dan rakyat pada umumnya.

Semua orkestra yang kini terus berlangsung di tanah pertiwi, benar-benar jauh dari sikap dan karakter rendah hati para oknum dan pelakunya, yang notabene-nya, sewajibnya menjadi teladan.

Rendah hati kian menjadi barang langka. Apalagi di zaman modern, era digital dan media sosial yang semakin menyuburkan dan membentuk perilaku para pemimpin bangsa khususnya dan umumnya masyarakat yang ingin unjuk segala hal dengan polesan dan sandiwara serta skenario yang tidak sesuai kenyataan.

Abaikan ilmu padi
Sekali lagi, perhatikan dan catat, siapa orang-orang di negeri ini yang tak pernah mendidik dan mengedukasi rakyat untuk menjadi rendah hati yang muaranya menjadi manusia Indonesia berkarakter karena berbudi pekerti luhur, sopan, santun, menjunjung etika, peduli, simpati, dan empati.

Ciri-ciri itu adalah mereka-mereka yang menghargai diri sendiri secara berlebihan, tidak mau mendengar dan menanggapi saran orang lain alias tak mau diberikan masukan, kritikan, saran, dan nasihat, menolak kebenaran dengan berbagai cara, bersikap kasar, kejam, arogan, dilindungi hukum, maunya dipuji dan disanjung, dan akan sangat sulit menjaga hubungan baik, hubungan kekeluargaan, persaudaraan, hingga persatuan dan kesatuan, sebab lebih mementingkan kepentingan dan tujuan hidupnya sendiri, sekalipun sedang bertugas menjalankan amanah dan harusnya menjadi panutan-teladan. Siapa mereka itu, yang senantiasa mengabaikan ilmu padi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun