Namun demikian, sebuah gerbang lengkung tidak selalu tersedia untukmu. No problemo. Anda toh masih bisa menemukan berbagai cara 'framing' dari elemen lainnya yang ada di sekitar kita.Â
Baik dari celah di antara tiang jembatan, pagar pembatas, pintu, jendela, di antara dua pohon, mulut gua, maupun dari sebuah lorong di celah tebing batu.
Ketika sebagian pegunjung berjalan di depan penulis melewati lorong batu berwarna kemerahan itu, tetiba ide memotret framing spontan muncul. Jangan pernah lupa, ketika Anda berada di suatu situs yang indah, kamera harus selalu siap dibidik. Sebuah momen kerap muncul hanya sekejab.
Bayangan hitam alias silhouette yang sedang melangkah itu terlalu menarik untuk dibiarkan berlalu. Di lokasi populer seperti Petra, arus wisatawan mengalir sepanjang hari. Jika telat memotretnya, bisa saja rombongan pengunjung lain akan masuk dalam ruang bidikmu. Dan tentunya, tidak menarik lagi.
Ide framing bisa juga dikombinasikan dengan momen yang tepat. Misalnya, sesaat setelah matahari terbenam alias momen 'blue hour'. Akan tetapi, untuk pemotretan seperti ini memiliki tantangan tersendiri. Apalagi di lokasi yang selalu ramai pengunjung.
Di suatu sore yang cerah, hampir setahun lalu, ratusan pengunjung telah berkumpul di depan Masjid Baiturrahman yang sangat terkenal di Banda Aceh. Penulis dan belasan teman fotografer telah berada di pelataran masjid sejak sore hari.
Sementara itu, ratusan pengunjung lainnya, baik warga lokal maupun wisatawan lainnya, terus berdatangan. Ini memang masjid dengan pesona arsitektur fantastis. Tidak heran, pengunjung yang datang tidak berhenti mengabadikan dirinya dengan latar belakang masjid keren ini.
Bagaimana dengan penulis dan rombongan? Kami sendiri masih menunggu waktu yang tepat sebelum memotret. Membuat foto di spot spesifik membutuhkan rencana dan juga kesabaran. Dan ketika maghrib tiba, pelataran depan masjid pun kian menyepi. Sebagian pengunjung sudah masuk ke dalam masjid mengikuti sholat, sementara yang lain telah lebih dulu pulang.