Guru sejati adalah guru pembelajar.
Menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang serta tantangan yang dihadapi murid berbeda dari yang dihadapi dirinya saat mengenyam pendidikan, maka guru sejati selalu belajar.
Belajar merupakan bentuk kerendahan hati, lawan dari tinggi hati. Tinggi hati, sikap paling tahu segalanya yang akan menutup pintu bagi pengetahuan dan kebijaksanaan. Adalah hal yang berbahaya manakala hati sudah tertutup untuk mendapatkan pengetahuan dan kebijaksanaan. Keadaan inilah yang amat ditakuti guru sejati. Oleh karenanya, guru sejati selalu berusaha menghindari sikap dan perilaku demikian.
Sebagai seorang pembelajar, guru sejati selalu membuka telinga, mata dan hati lebar-lebar. Telinga ada dua, mata ada dua dan hati pun ada dua, sementara mulut hanya ada satu. Ciptaan Yang Mahakuasa ini tentu bukan tanpa makna. Ini artinya kita hendaknya lebih banyak mendengar, lebih banyak melihat dan lebih banyak empati, bukan lebih banyak bicara tanpa terlebih dahulu mendengar dengan seksama, melihat dengan cermat dan dengan disertai meresapi dalam hati. Sebagai manusia pembelajar, guru sejati menjadikannya hal-hal tersebut sebagai prinsip hidupnya.***