Mohon tunggu...
tomy sujarwadi
tomy sujarwadi Mohon Tunggu... Penulis - jendela dunia

Menulis dan mengajar terutama tentang korupsi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

2019 Jokowi "Mati"

22 Maret 2019   13:56 Diperbarui: 22 Maret 2019   14:12 2207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang menarik bagi penulis adalah ketika masyarakat perdesaan ditanya apakah ingin presidennya kembali memimpin 2 periode atau presidennya diganti? Jawabannya beragam antara yang yang menghendaki 2 periode dan ganti presiden. Uniknya adalah ketika masyarakat yang menghendaki 2 periode tersebut ditanyakan, apakah kehidupan saat ini lebih baik atau lebih buruk. Ternyata diluar dugaan mayoritas menjawab kehidupan saat ini lebih buruk. Dan ketika ditanyakan mengapa lebih buruk, jawabannya beragam.

Ada yang menyinggung tentang Kenaikan harga sembako dan kenaikan listrik yang dianggap terlalu mahal, kenaikan BBM yang diam-diam sehingga masyarakat merasa dibohongi. Sulitnya lapangan pekerjaan, harga karet yang rendah bagi petani karet. Konflik  perseteruan elit politik yang menjadi tontonan yang membuat muak misalnya ketika perkataan presiden bisa dianulir oleh menterinya, contohnya kasus pembebasan ustad Abu Bakar Baasyir.

Sehingga dengan informasi yang penulis dapat, walaupun tidak mewakili seluruh rakyat Indonesia di perdesaan. Tetapi penulis melihat ada keraguan bagi pemilih presiden 2 periode melihat kondisi kehidupan mereka saat ini. Hal ini berbeda dengan pemilih yang mengganti presiden. Ketika ditanyakan apakah tetap memilih 02, bila calonnya bukan prabowo. Jawabannya sungguh mengejutkan, siapapun calonnya tetap ganti presiden. Artinya pemilih 02 bukanlah pendukung prabowo, mereka hanya ingin Indonesia di pimpin oleh orang yang baru. Bahkan alasannya mereka ungkapkan  sangat pribadi. Mereka beranggapan kalau orang yang memimpin suatu jabatan sebanyak 2 kali, biasanya orang tersebut akan membabi buta untuk mengembalikan modal yang telah habis digunakannya agar terpilih.

Geliat rakyat tentang ganti presiden, pernah menjadi trending topic di media social. Hal ini terlihat dari adanya #2019gantipresiden yang sempat heboh. Dan saat ini yang tak kalah hebohnya adalah #INAelectionObserverSOS hastagh ini meminta  pengamat/juri yang netral dibutuhkan dalam pemilu ini. Agar aparat negara yang harusnya netral tidak ikut bermain dalam memenangkan capres tertentu. Belum Lagi sindiran Netizin tentang pertahana agar cuti dalam jabatannya menambah panas politik di Indonesia.

Dari uraian di atas penulis mencoba, menarik suatu kesimpulan bahwa Pilpres yang akan dilaksanakan tanggal 17 April 2019, Pertahana akan kalah. Artinya 2019 Jokowi Mati adalah bahwa 2019 adalah akhir jabatan jokowi sebagai presiden.  Penulis yakin kesimpulan ini membuat kubu pertahana menjadi kecewa bahkan marah. Tapi penulis hanya mengambil kesimpulan yang sangat pribadi sesuai dengan penulis dengar dari masyarakat perdesaan. Penulis mohon maaf bagi pihak-pihak yang tidak sependapat dengan penulis.***(22/03/2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun