Mohon tunggu...
Tommy TRD
Tommy TRD Mohon Tunggu... Penulis - Just a Writer...

Jumpa juga di @tommytrd

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Moral Hazard Pejabat Publik

4 Oktober 2022   23:01 Diperbarui: 4 Oktober 2022   23:05 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disadari atau tidak etika moral pejabat publik semakin hari semakin menurun. Penyebabnya ada banyak hal. Kekuasaan yang "absolut", lahirnya profesi baru seperti buzzer, menurunnya kualitas dialektika dan akademik, dan mungkin ada beberapa faktor lain lagi.


Tidak terlalu sulit menemukan contoh kasusnya saat ini. Pejabat publik yang hobi menilap anggaran BBM operasional kantor misalnya, suka minum keringat anak buah, dan kelakuannya itu sudah menjadi rahasia umum, lalu dengan gagahnya mengambil apel berbicara soal kedisplinan, berbicara mengenai kejujuran. Tidak ada malu di sana.

Di belahan lain kita saksikan juga statement-statement yang menyederhanakan kesulitan masyarakat luas yang notabene adalah orang-orang yang ikut menbayar gajinya. Ratusan orang tewas, "semoga kita tidak dihukum FIFA". BBM naik, "masa beli rokok bisa, beli BBM tidak".

Statement-statement sejenis hadir kian banyak beberapa tahun terakhir. Entah apa yang salah. Padahal Indonesia ini punya sejarah sebagai bangsa ksatria. Kemerdekaannya diraih dengan air mata, keringat dan darah. Mustahil kemerdekaan semacam itu diraih oleh orang-orang bermental culas. Kemana menguapnya sikap dan mentalitas ksatria seperti itu?

Seperti Jepang, dengan bushido nya, Samurai ways. Mereka melakukan harakiri demi kehormatan. Bagi mereka lebih baik mati daripada menanggung malu. Walaupun tidak sebrutal pada zaman Samurai, namun mentalitas ratusan tahun lalu itu tetap hadir dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Tidak mudah menjadi seorang pejabat publik. Walaupun di Indonesia kita tidak perlu sampai merobek perut sendiri, namun setidaknya perlakukanlah publik dengan penuh rasa hormat.

Jangan hina keberadaan mereka, jangan hina pemikiran mereka, jangan hina kemampuan analisa mereka dengan pernyataan-pernyataan yang "disayangkan" atau sembrono. 

Mereka bukan orang yang "menumpang", mereka yang membayar agar listrik pemerintahan ini tetap hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun