Mohon tunggu...
tomm
tomm Mohon Tunggu... -

Belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mr. Prabowo & Hasil MK (Nanti)

26 Juli 2014   18:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:06 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penetapan hasil pilpres 2014 oleh KPU sudah dilakukan pada 22 Juli lalu. Joko Widodo dan Jusuf Kalla ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih. Tapi beberapa jam sebelum penetapan hasil pilpres 2014, capres no.1 Prabowo Subianto, tanpa didampingi pasangan cawapresnya, menyatakan 'menarik diri dari proses pilpres 2014', dengan berbagai alasan kecurangan proses perhitungan yang dilakukan KPU. Team Prabowo bahkan mengancam dan melaporkan KPU ke Bareskrim Polri (dan itu salah alamat) dan terakhir ke DKPP KPU. Tentu pernyataan sikap Prabowo ini mengundang perhatian masyarakat yang sedang menantikan pengumuman hasil resmi oleh KPU. Banyak kalangan masyarakat tersentak heran, bingung, mungkin juga panik dan tegang. Sebagian lagi, terutama para pendukung capres ini mungkin senang dan gembira. Tak butuh waktu yang lama, berbagai komentar dan tanggapan pengamat, praktisi dan masyarakat muncul di runag publik. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat, termasuk mungkin pendukung capres no.1 menganggap perilaku politik capres Prabowo sebagai kurang 'dewasa', kurang 'gentle' dan seterusnya.

Prabowo 'menarik diri dari proses pilpres', sungguh kah? Tentu dapat diduga, TIDAK! Sebagaimana pernyataan-pernyataannya yang ambivalen, dapat dipastikan bahwa Prabowo tidak akan konsisten dengan pernyataannya dan justru akan menggugat hasil penetapan KPU ke MK. Menggugat hasil pilpres KPU ke MK tentu konstitusional. Tetapi kenapa harus didahului oleh 'Manuver bodoh' menarik diri dari proses pilpres, padahal KPU pun belum selesai rekapitulasi dan mengumumkan hasilnya ? Bukankah dalam posisinya sebagai salah satu capres yang berkompetisi pernyataan atau pidatonya 'menarik diri dari proses pilpres' bisa diartikan sebagai pernyataan yang sah dan berimplikasi hukum? Jika dia konsisten dengan pernyataannya sendiri; menarik diri dari proses itu, maka konsekuensinya adalah dia dan teamnya tidak lagi berhak untuk menggugat ke MK. Itu masih bisa diperdebatkan. Jika mau menggugat ke MK, apa perlu didahului dengan manuver bodoh tersebut? Toh pada akhirnya akan menggugat juga bukan ? Informasi terakhir yang dilansir media dari pernyataan team hukum capres no.1 bahwa hari ini, Jumat, 25 Juli team-nya akan melaporkan berbagai temuan kecurangan pilpres pada berbagai jenjang perhitungan KPU ke MK. Konon menurut team capres ini banyaknya laporan atau temuan kecurangan tersebut mencapai kurang lebih 10 truk. 'Lebay sih..' :)

Walau pelaporan belum ditindaklanjuti, pernyataan Prabowo dan team-nya sudah mendahului laporan mereka kepada MK. Menurut capres ini, dia yakin MK akan netral, sebagaimana juga pernyataan keyakinannya bahwa KPU akan netral dan jujur, tetapi kemudian dia menolak hasil KPU juga. Pernyataan Prabowo ini, mungkin bisa diduga sebagai manuver sederhana untuk memperbaiki 'blunder' sikap dan pernyataannya menolak keras dan menarik diri dari proses pilpres. Menanggapi pernyataan keyakinan Prabowo terhadap netralitas MK, saya menulis opini ini, sekaligus semacam kesah saya kepadanya.

MK akan Netral kah? Sebagaimana Mr. Prabowo, saya dan mungkin seluruh masyarakat Indonesia berkeyakinan: Pasti Netral dan Pasti Adil dong--sebagaimana dulu harapan pada KPU. Persoalannya, jika MK menjaga prinsip netralitasnya dan memutuskan dengan adil, lantas Mr. Prabowo bisa legowo ataukah masih ingin 'NGAMBEK' ?. Umumnya pengamat dan ahli yakin, secara faktual, apapun yang bisa dilakukan MK se-adil mungkin, adalah sulit untuk mengubah secara signifikan perbedaan jumlah suara, yang mencapai lebih dari 8 juta tsb--apalagi terbalik memenangkan Mr. Prabowo...hehee...

Jika hasil MK nanti memenangkan keputusan KPU, bukankah manuver bodoh 'menarik diri dari pilpres' semakin memperpanjang daftar negatif (karakter kepemimpinan) dan waktu rasa malu anda, mr. Prabowo ? Rasanya sulit untuk menyembunyikan rasa malu dan ketidakrasionalitas ini. Sungguh, saya dan mungkin sebagian masyarakat kasihan pada anda, walau mungkin anda tidak membutuhkannya. Rasanya anda seperti dimanipulatif dan dipermalukan oleh (nafsu berkuasa) diri anda sendiri dan team anda di panggung publik, panggung politik nasional.

Tapi baiklah itu hak pribadi anda, mr. Prabowo. Kita semua belajar dari proses ini, dan kiranya proses ini menjadi pengalaman berharga kita semua dan secara khusus bagi pergumulan demokrasi bangsa ini. Entah  anda sadar atau tidak, di masa kampanye anda telah menolong 'lawan' anda menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Tetapi sayangnya, di akhir masa pilpres, anda justru melemahkan pribadi anda sendiri. Saya teringat dengan surat saya pada anda ketika Debat Capres pertama. Saya sangat yakin betul bahwa profile sesungguhnya seorang Mr. Prabowo pasti akan tampak di Debat Terakhir. Dan rupanya benar bahwa pada Debat Terakhir, anda tampak kalut menyerang pasangan anda sebagai kleptokrat, menyerang pemerintah sebagai kleptokrat dan bahkan menyerang dan menusuk diri anda sendiri, dengan mengatakan: 'menutupi kelemahan kita artinya berdosa kepada rakyat', sebagaimana anda menutupi dan berdiam diri atas dosa masa lalu anda pada rakyat. Mungkin anda ingat, betapa hebatnya anda memanipulatif objektifitas dan rasionalitas masyarakat, dengan berkampanye tentang nominal pendapatan masyarakat 6-8 jt/bln, atau 1 Milyar /desa/tahun--yang sesungguhnya diundangkan. Rupanya anda kena imbasnya sendiri.Anda dimaniputaif oleh pikiran anda sendiri. Tetapi saya sadar, anda sedang berada dalam suatu kompetisi nasional dan itu tidak mudah bagi siapapun kompetitornya. Tetapi jangan lupa, ini kompetisi Kepemimpinan, bukan kompetisi olahraga atau lainnya. Yang ditawarkan kompetitor kepada pemilihnya adalah ke-Teladan-an. Teladan dalam berpikir, bertutur kata, bersikap, berperilaku, semangat dan kerja keras. Mr. Prabowo, maafkan saya, sepertinya anda seorang yang baik untuk menarik perhatian publik, tetapi tidak dalam hal ke-Teladan-an.

Pada akhirnya saya teringat kalimat bijaksana yang kurang lebih demikian: "orang yang tinggi hati (sombong) akan direndahkan, dan yang rendah (hati) akan ditinggikan (dimuliakan). Orang yang kita anggap bodoh, tidak pandai bicara, dan lemah, justru akan dipilih/dimuliakan untuk 'mempermalukan' orang yang sombong, merasa diri pintar dan merasa diri hebat." Itulah yang terjadi pada hidup kita semua.

Salam Damai

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun