Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Kilas Balik Pergantian Tahta pada Masa Kerajaan di Indonesia

11 Februari 2019   22:54 Diperbarui: 12 Februari 2019   07:52 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tahta merupakan supermasi bagi suatu kerajaan. Oleh karena itu pergantian tahta merupakan masalah yang pelik dalam sistem pemerintahan yang bersifat kerajaan. Alur pergantian tahta kerjaan seolah-olah telah ditentukan oleh yang maha kuasa. Manusia tingga lmengikuti dan melaksanakan koderat tersebut. Dalam pemerintahan yang berbasis kerajaan silsilah merupakan pegangan pokok sebab silsilah inilah yangmenentukan kedudukan seseorang.

Hak tahta besifat turun temurun. Dalam suatu pemerintahan yang bersifat kerajaan terbayang bahwa hak atas tahta didapatkan  secara turun temurun. Jadi dari kakekturun ke bapak, lalu turun ke anak hal inilah yang membuat silsilah memegangperanan penting dalam sistem yang dibangun oleh kerajaan. Ada beberapa prasasti yang memberikan silsilah atau asal-usul seorang raja. Biasanya raja tersebut menarik garis ke atas sampai kepada cikal bakalnya. 

Prasasti yang memuat silsilah tersebut antara lain prasati dari Kutai. Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Mulawarman. Mulawarman menarik garis asal usulnya melalui ayahnya (Aswawarman) sampai kepada kakeknya Kudungga. Selanjutnya prasasti Tugu, Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara. Dia mengembalikan asal-usulnya ke atas  melalui ayahnya sampai kepada kakeknya yakni raja Rsi. 

Prasasti Mantayasih 907 M yang dikeluarkan oleh raja Balitung terdaftar nama raja-rajadari Balitung ke atas sampai kepada raja Sanjaya. Dalam prasasti ini hanya disebut daftar nama raja-raja karena tidak semuanya menunjukan hubungan darah antara ayah dan anak. Dalam prasasti in yang memiliki hubungan ayah dan anak yaitu antara Sanjaya dan Panangkaran; dan Garung Pikatan dan Kayuwangi. 

Silsilah yang lengkap terdapat dalam prasasti Pucangan yang sekarang di simpan di Kalkuta. Prasasti ini dikeluarkan oleh Airlangga pada tahun 1041 M. Airlangga menarik garis ke atas melalui ibunya ( Mahendradatta) kakeknya (Makutawangsawardhana), buyutnya (Icanatungga) dan akhirnya sampai kepadaSindok. 

Pergantian tahta  tidak serta merta harus tetap memegang faktor silsilah seperti di atas, banyak ditemui pelbagai  pergantian tahta yang dilanjutkan oleh seorang puteri. Hal ini memberikan gambaran bahwasanya emansipasi wanita sudah ada sejak dahulu kala.  Di dalam sejarah Indonesia Kuna telah terbukti bahwa seseorang wanita atau puteri mahkota berhak naik tahta kerajaan. Simo danPramodhwardhani, keduanya adalah tokoh wanita yang pernah memimpin roda pemerintahan. 

Puteri mahkota biasanya menjadi incaran para haji (raja kecil) sebab paling tidak, apabila dapat mengawini akan dapt mendampingi. Dengan harapan anaknya nanti dapat mengganti tahta kerajaan.  Balitung dapat memuncak namanya dalam sejarah karena ia dapat mengawini puteri mahkota. Karena tenarnya nama Belitung nama isterinya sampai tidak pernah disebut dalam sejarah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun