Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Usia 30 Bukan Saatnya Simpulkan Sukses atau Gagal, Tapi Sudah Terlahir Baru atau Belum

31 Desember 2020   19:25 Diperbarui: 31 Desember 2020   21:17 2512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar Pixabay

Inilah yang saya rasakan, saya pernah bergumul tentang masa depan, dan diposisi sekarang belum juga saya sesukses yang saya impikan.Bicara gaji juga tergolong pas-pasan.

Namun belakangan saya menemukan pijakan kokoh yang membuat paradigma saya terang benderang.Bahwa usia tiga puluh, atau menjelang tiga puluh, bukanlah saaatnya menyimpulkan kita sukses atau gagal.Tapi sudahkah kita terlahir baru dan merasa dilahirkan kembali?"

Itulah pertanyaan yang saya ajukan pada diri saya.Dan saat ini saya benar-benar mengalaminya.Bukan karena saya sudah jadi direktur, atau berhasil menikah dengan Mikha Tambayong gadis impian saya hehe, tapi di usia ini saya merasa seluruh panca indera saya seperti muda lagi.

Seolah sel-sel dalam diri saya kembali diregenerasi sehingga saya punya kepekaan pada banyak hal.Dan yang terlebih penting, saat ini saya merasa hidup saya digerakkan oleh kesadaran penuh.

Jika saya ingat-ingat, ada begitu banyak keluhan yang saya rasakan pada diri saya yang dulu,"Kok cuek pada penampilan ya, kok malas bergaul sama orang baru ya, kok gak menabung ya, kok merasa untuk sukses harus kuliah dulu ya."

Saya seperti punya indera keenam untuk melihat masa lalu dengan perspektif yang benar.Lalu kesalahan itu saya bawa ke masa sekarang untuk jadi pedoman agar tidak terulang di masa depan.

Saya juga jadi sadar, bahwa yang penting itu bukan banyaknya motivasi yang kita rangkai dan hafal dalam bentuk kata.Orang yang punya banyak kalimat motivasi dalam dirinya tidak akan lebih energik dibanding mereka yang punya satu motivasi tapi memiliki semangat yang luber dan berlimpah.Itu kenapa ada banyak orang memiliki motivasi, tapi tidak punya militansi kerja dalam dirinya.

Bandingkan dengan mereka yang berpikiran sederhana,"Kerja buat isteri dan anak," tapi penuh semangat, hasil kerja dari satu motivasi ditambah semangat inilah yang akan mengalahkan seluruh hasil kerja mereka yang punya motivasi banyak tapi tidak punya semangat.

Saya juga sempat menyesali jurusan yang saya pilih saat kuliah, karena saya merasa jurusan tersebut susah untuk dapat kerja.Namun saat saya ingat sekarang, bagaimana saya harus kerja pontang-panting, gadaikan rasa malu untuk pinjam uang pada saudara, lalu melihat ibu saya menangis bahagia dan bangga saat saya menjadi sarjana, kini saya tidak pernah lagi menyesalinya.Sebab berpendidikan tinggi bukan hanya untuk kepentingan dunia kerja, tapi juga tentang membahagiakan orang tua.

Hal lain yang saya akhirnya perhatikan adalah kesehatan.Suatu hari saya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk teman yang kecelakaan, sekamar dengan teman saya itu seseorang yang terkena penyakit gula (gula basah/diabetes melitus).Kakinya sudah membusuk dan harus diamputasi, kalau tidak seluruh racun akan menyebar ke dalam tubuhnya dan merusak jantungnya.Menurut teman saya orang itu malah tinggal nunggu mati saja, karena dalam kondisi itu racun sudah menyebar keseluruh badannya.

Saya mendadak ngeri menyaksikan hal itu.Sayapun berkomitmen untuk hidup sehat, karena saya tidak mau sakit dan bergantung pada orang lain hanya untuk berjalan.Kenapa saya menceritakan hal ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun