Mohon tunggu...
Boris Toka Pelawi
Boris Toka Pelawi Mohon Tunggu... Aktor - .

.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Pasrah Itu Meminta Jodoh Tanpa Sebut Nama

16 Mei 2017   20:00 Diperbarui: 15 April 2019   14:49 3901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar (Orami Magazine)

Saya sih bukan pakar perjombloan, apalagi punya pengalaman sebagai biro jodoh. Boro-boro, jodoh saya saja sampai sekarang saya nggak tahu di mana. Dikejar menjauh, didiemin malah makin jauh, begitulah jodoh bergerak dalam dunia orang jomblo yang memang belum waktunya punya pacar seperti Mikha Tambayong. Nah, tapi saya bukan mau curhat. 

Bukan level saya lagi curhat dalam bentuk unek-unek. Kalau saya curhatnya selalu matang, selalu diolah dulu dan diramu menjadi ide yang mengubah dunia--- halah gayamu Bor, sombong!

Ya setiap orang pasti pernah mendoakan seseorang agar kelak menjadi jodohnya. Contohnya saya yang selalu berdoa agar si Mikha sadar bahwa di Kota Bandung ada seorang pria sejati yang tengah menantinya sepenuh hati. 

Pasti kamu juga pernah gitu kan ya? Misalnya kamu suka sama seseorang di kampusmu, terus kamu doain biar dia mau jadi pacar kamu. Atau bisa juga begini, kamu belum jatuh cinta sama siapa pun, belum ngeceng siapa pun, tapi karena teman-teman sudah pada punya pasangan, kamu pun terus berdoa biar jodohmu segera menghampiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jodoh itu memiliki arti kurang lebih: seseorang yang cocok dijadikan suami atau istri, atau orang yang tepat untuk dijadikan pasangan. Ingat, jodoh itu adalah seseorang yang cocok dan tepat untuk jadi orang spesial buat kamu. 

Jadi, saking spesialnya, wajar kalau kamu sampai mendoakannya. Saya nulis ini bukan mau ngajarin kamu berdoa, tapi dalam prosesnya berdoa dan meminta itu pun butuh perjuangan. Misalnya nih, kamu suka sama seseorang, terus orang yang kamu harap jadi jodoh buat kamu itu malah tidak atau belum suka sama kamu. Akhirnya karena kelamaan menunggu, kamu pun mengubah orientasi doa kamu.

Kalau pertama kali berdoa kamu menyebut namanya biar dia jadi jodoh kamu, lalu karena yang diminta tak kunjung diberi, kamu pun capek dan mulai pasrah. Kamu mulai mengubah orientasi doa kamu, yang tadinya meminta, sekarang malah menyerahkan semuanya sama yang di atas. ”Gimana Tuhan aja deh. Kalau dia jodoh aku syukur, kalau enggak juga syukur.” 

Akhirnya kamu masih terus berdoa biar dia jadi jodohmu, tapi sambil pasrah gitu. Nah, saya mau coba kenalin level pasrah yang lebih tinggi dari pasrah yang sudah saya bilang sebelumnya, yaitu kamu ngedoain “dia jodohmu” tanpa sebut nama, tanpa nunjuk orang.

Maksudnya ya kamu simpan saja rasa suka kamu buat dia di hati, tapi kalau kayaknya dia memang tak merespons, bisa jadi dia bukan jodohmu. Bayangkan kalau kamu dengan pasrah sekaligus ngotot berharap biar seseorang yang digariskan memang bukan untukmu agar jadi jodohmu, mau kamu salto sambil guling-guling juga kamu nggak akan dapatin dia. 

Kata siapa ya saya lupa, itu adalah cara patah hati paling sengaja. Secara metode sih menurut saya itu sudah tepat. Jadi, pas suka sama orang, kita berdoa biar dia kalau bisa jadi pasangan kita, otomatis kita nyebut nama dia dong pas kita berdoa. 

Nah, tapi kalau kira-kira nggak ada kemajuan, bagaimana? Ya gitulah, kadang banyak orang minta dikasih kode sama Tuhan, ”Dia jodoh saya apa bukan?” Tapi pas sikap si dia tak menunjukkan gejala suka, kita nggak anggap itu sebagai kode. Kita maunya kode yang nunjukin kalau dia juga suka sama kita.

Apa iya kodenya harus dia nolak kamu mentah-mentah pakai omongan? Kalau mau dicoba sih silakan saja. Tapi ada kalanya kita harus berani head to head sama kenyataan. 

Kalau faktanya sudah tak menunjukkan dia jodoh kamu, ya udah kali ini kamu harus belajar menaikkan level kepasrahan kamu. Sudahlah minta saja tanpa sebut nama dan tanpa tunjuk orang. Mintalah agar kamu bisa jatuh cinta dengan begitu sangat kepada orang lain yang kelak memang akan jadi jodohmu. 

Ya, kalau kamu naksir berat sama orang yang bukan jodoh kamu, anggap saja itu “kurikulum” biar kamu bijak dalam bercintah. Kalau pun harus meminta dan patah hati berkali-kali, ingat saja yang dibilang Paulo Coelho ini, ”Sejak pertama kali jatuh cinta dan ditolak, dia sudah tahu bahwa ini bukanlah akhir dari kesanggupannya untuk mencintai.” Anggap saja dia yang dimaksud Paulo Coelho itu kamu.

Untuk pasrah total itu memang susah. Tapi bisa dilatih dengan tak lagi menyebut nama dia saat kamu berdoa meminta jodoh. Karena dia jadi jodohmu atau bukan tidak tergantung namanya kamu sebut-sebut atau tidak. Saya nggak bilang sebut nama itu salah. Bisa saja dengan menyebut nama dia, Tuhan nunjukin belas kasihnya dan ngasih yang kamu minta. 

Tapi ini soal gimana kita percaya seratus persen kalau jodoh itu sudah Tuhan yang mengatur. Memang sih kita juga harus ambil peran, nggak mungkin kita ketemu jodoh kalau kita ngurung diri di kamar terus kan. 

Tapi pencarian jodoh itu kalau bisa jangan cuman happy ending. Kalau bisa, setiap perjalanannya banyak diisi happy-nya dibandingin merananya kan lebih baik. 

Yah, apa yang saya bilang ini tidak seratus persen tepat, tergantung situasi, ini hanya satu pandangan dari sekian banyak pendapat. Tapi pasrah itu memang baik untuk kehidupan kita. Saat pasrah, kita belajar untuk melepas sesuatu yang begitu kita inginkan, untuk sesuatu yang lebih baik di masa depan. Percayalah, the best on the way.

Gayamu Bor!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun