Berkunjung ke Kafe Socrates : Nongkrong Sehat Sambil Baca Buku

Selain dari kegiatan-kegiatan tersebut, pengunjung juga bisa menjadikan kafe ini sebagai tempat kerja atau belajar yang menyenangkan. Banyak mahasiswa yang datang membawa laptop untuk mengerjakan tugas akhir, atau sekadar membaca buku sambil menikmati makanan dan minuman. Tidak sedikit pula yang datang hanya untuk menyepi sejenak, menemukan ketenangan di antara lembaran-lembaran buku, atau menulis jurnal pribadi. Koneksi internet tersedia, tetapi tidak menjadi andalan utama.

Benny menjelaskan bahwa ide menggabungkan makanan sehat dan literasi muncul karena ia merasa dua hal tersebut sering kali dipisahkan oleh masyarakat. "Kesehatan sering dianggap hanya soal tubuh, sementara membaca dianggap kegiatan intelektual yang berat. Padahal keduanya saling mendukung. Ketika tubuh sehat, pikiran jadi jernih. Dan ketika pikiran terbuka, kita bisa membuat keputusan hidup yang lebih bijak," ujarnya. Oleh karena itu, Socrates Vegan dirancang sebagai ruang yang tidak membatasi, tapi justru memfasilitasi pertumbuhan pribadi dalam berbagai dimensi.

Salah satu ciri khas kafe ini adalah suasana yang membuat orang merasa diterima dan tidak dihakimi. Tidak mengharuskan menjadi seorang vegan untuk datang ke sini. Bahkan banyak pengunjung yang awalnya tidak tahu apa itu veganisme, menjadi tertarik belajar setelah mencicipi hidangan sehat dan berbincang dengan staf atau pengunjung lain. Bagi Benny, keberhasilan Socrates Vegan bukan diukur dari seberapa banyak orang menjadi vegan setelah berkunjung, tetapi dari seberapa banyak orang yang pulang dengan pikiran yang lebih terbuka dan hati yang lebih ringan.

Dalam kesederhanaan ruang yang tenang dan tertata hangat, pengunjung bisa merasakan bahwa hidup yang sehat dan bermakna tidak harus rumit atau mahal. Kadang, hal itu justru hadir dalam bentuk yang paling sederhana, semangkuk makanan vegan, secangkir teh, dan sebuah buku yang menggugah pikiran.