Sejak dua tahun belakangan ini,gue baru bisa mulai menerima jati diri gue dengan penuh kerelaan. walaupun kadangkala gue masih belum merasa siap dengan semua kejanggalan yang ada disekeliling kehidupan gue. Gue yang terlahir dengan keistimewaan aneh ini membuat gue cukup sulit untuk berdamai dengan diri sendiri.Â
Menjadi anak Indigo ditengah kecanggihan teknologi dan kebebasan informasi mengharuskan gue untuk kebal dengan tudingan-tudingan yang menyudutkan gue. Gue dianggap berbohong, mencari perhatian bahkan dianggap gila oleh sebagian orang. Tapi gue tidak harus menanggapi itu, karena sekarang gue sudah cukup umur untuk mengalahkan semua guncangan itu dengan keacuhan gue.
"yakin loe mau serahin ini ke pimrek?" tanya Deno ke gue.
dengan tatapan mantap gue menjawab lantang pertanyaan sahabat gue itu, "Yah!yakin banget".
gue sudah memutuskan untuk mengajukan pemindahan spesifikasi gue dalam bidang tulisan yang harus gue kejar sebagai deadline gue di harian kabar tempat gue kerja ini.
"trus loe akan kasih alasan apa buat pindah tema tulisan loe ini?"
"yah gue akan kasih lihat satu karya tulisan gue ini. gue sangat yakin ini akan berhasil dan disukai oleh bos. toh di harian kita juga ada kolom buat cerita pendek gitu." jelas gue ke Deno.
Langkah gue semakin mantap ketika keluar dari apartemen Gue dan Deno itu lalu merampas helm kesayangan sebagai teman gue menunggangi 'Joger' si vespa tercinta.
akhirnya gue sampai dikantor gue. sesampainya disana gue langsung mengeksekusi rencana gue diawal.
pintu ruang kantor bos pimpinan redaksi ini entah kenapa berubah menjadi horor saat beberapa langkah lagi gue sampai kedalamnya.
gue sedikit gugup sebetulnya meskipun keyakinan besar itu tetap ada untuk apa yang gue mau sajikan ke bos.