Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Penulis Adalah Pembaca, Mengapa Pembaca Tidak Menulis?

20 Februari 2017   07:16 Diperbarui: 20 Februari 2017   08:48 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto, : puluhan ragam majalah menunggu calon Pembaca yang akan membeli/foto dokumentasi pribadi tjiptadinata effendi

Penulis adalah  Pembaca .Sedangkan Pembaca Belum Tentu Penulis

Pintar menulis? Tentu patut disyukuri. Tapi jangan lupa, tanpa ada yang membaca ,sehebat apapun tulisan kita,tidak ada artinya, bila tidak ada yang membaca . Jadi Penulis, boleh boleh saja berbangga, bilamana tulisannya, masuk ke Headline atau Best Seller, tapi jangan pernah lupakan, bahwa semuanya tak lepas dari dukungan para pembaca.

Untuk belajar menulis dengan baik, tentu tidak pernah berhenti untuk membaca tulisan tulisan yang bermutu, sesuai dengan passion masing masing, Tanpa banyak membaca, maka  suatu waktu, akan terjadi stagnasi  dalam menuliskan sebuah artikel. Karena kehabisan ide, sementara seluruh pengalaman hidup sudah pernah dituliskan.

Oleh karena itu, seorang Penulis, walaupun bukan penulis terkenal,pasti adalah juga seorang yang senang membaca .Penulis adalah yang buah pikirannya dituangkan di blog umum dan dapat dibaca orang banyak. Sementara orang yang hanya menulis di catatan hariannya, tentu belum dapat disebut sebagai Penulis. Termasuk orang yang cuma menulis, OYOA - One Year One Article. Kesimpulannya adalah Penulis adalah Pembaca

Pembaca Belum Tentu Penulis,Mengapa?

Hampir setiap kali bertemu teman teman ,maupun kerabat ,selalu saya ajak untuk ikut menulis. Tapi rata rata jawabannya:

  • " Saya selalu ikuti tulisan Opa, tapi menulis? hehehehe..
  • " Sudah berkali kali mencoba menulis, tapi nggak pede untuk mempostingnya, khawatir ntar nggak ada yang baca, kan maluuu"
  • "Untuk membaca bisa dimana saja dan kapan sempat saja Opa, tapi untuk menulis kan perlu tempat dan waktu khusus?" Lagi pula menulis itu kan perlu bakat ?"
  • Ada begitu banyak alasan yang disampaikan,yang intinya adalah :" Membaca Yes, Menulis No"

Benarkah Menulis Butuh Tempat dan Waktu Khusus?

Jawabannya, tergantung pada masing masing orang. Bagi yang perfectionist, tentu saja, setiap gerak langkahnya, disesuaikan dengan alur dan jalur formalitas kehidupan. Mulai dari makan harus duduk menghadap meja makan. Menulis harus ada meja dan ada waktu waktu tertentu. Semuanya akan diperhitungkan untung ruginya. Menulis untuk apa? Untungnya apa ? Semuanya dikaji dari berbagai sudut.  Dan itu adalah hak privacy orang, yang tak seorangpun berhak untuk melakukan intervensi.

Beda Gaya Penerapan Hidup

Bagi seorang yang sudah terbiasa hidup berpetualang, seperti misalnya diri saya sendiri,maka terapan hidup yang kami lalui, tentu saja beda alur dan jalur dan beda sudut pandang mengenai makna dan arti dari sebuah kepatutan.

Kami bisa duduk makan didepan meja makan, bisa makan tanpa risih dibawah tenda atau duduk lesehan makan nasi kucing di Yogya. Kami bisa berpergian naik pesawat, tapi bisa juga naik bus dalam perjalanan panjang belasan jam atau bisa juga mengendarai mobil pribadi dalam perjalanan sejauh seribu kilometer.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun