Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengusung Kebanggaan, Hanya Akan Permalukan Diri Sendiri

31 Juli 2016   21:02 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:17 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangga akan keberhasilan diri atau berbangga karena anak cucu sukses dalam tertentu, adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar. Apalagi bangga yang disertai dengan rasa syukur. Sebagai contoh, saya bangga  cucu kami mendapatkan  Medali emas dalam olah raga wushu di Australia. Bangga juga bahwa bahkan cucu mantu  kami juga mendapatkan medali emas dibidang yang sama. Atau mantu kami mendapatkan medali dalam pertandingan bulu tangkis di perayaan 17 Agustus di Perth . Bangga bahwa cucu kami yang di  Wollongong,adalah juara di bidang menari dan gymnastic. Sedangkan putri kami di Wollongong  yang sudah punya putra dan putri di SMA masih ikut lomba marathon 12 Km dan berhasil mencapai garis finish.

Namun kebanggan ini ,tentu hanya sebatas saling berbagi kisah kisah hidup antara sesama anggota keluarg ataupun dalam satu naungan komunitas. Bukan merupakan sesuatu yang diusung kesana kemari. Karena semua yang pencapaian yang bagi saya dan keluarga,sesuatu yang dianggap:’wah”.bagi orang lain, mungkin saja tidak berarti apa apa. Sehingga kalau saking bangganya,sehingga lupa diri dan tanpa sadar.setiap ketemu orang,begitu mulai pembukaan bicara,langsung kayak tape recorder, saya menceritakan keberhasilan anak cucu dan mantu, tanpa peduli,apakah lawan bicara berminat atau tidak mendengarkannya.

Akibatnya,keinginan untuk menampilkan kebangaan diri,menjadi boomerang dan mempermalukan diri saya sendiri. Misalnya, lawan bicara saya, karena bosan mendengarkan ,akan mencari alasan “ Hmm maaf ya pak,saya harus buru buru pergi,karena ada janji”

Maka tinggallah kita sendiri,dengan rasa malu,karena dicuekin  orang lain. Hal hal seperti ini sangat sering terjadi.Namun agaknya orang kurang mau belajar dari pengalaman dan tetap saja mengumbar kebanggaan tidak pada tempat yang seharusnya.

Untuk Menghindarkan Terjadinya Hal Ini, Maka Hendaknya kita :

Mampu memahami secara mendasar,bahwa apa yang bagi kita ,menjadi sesuatu yang dibanggakan, bisa jadi bagi orang lain,adalah sesuatu yang tidak ada nilainya. Misalnya, kalau harga rumah kita beli mobil baru,maka wajarlah bila kita bangga,karena inilah hasil kerja keras kita selama bertahun tahun atau mungkin juga belasan tahun. Namun cukuplah kita ceritakan kegembiraan hidup kita, kepada keluarga dan komunitas dimana kita biasa bergaul. Hindari pamer diri pada sembarang orang,karena mobil kita yang harganya 200 jutaan, yang diperoleh dengan kerja keras selama bertahun tahun,bisa saja bagi orang lain, dalam waktu beberapa jam sudah dapat dibeli dan malah lebih bagus lagi.

Atau mungkin saya membanggakan ponakan kandung saya, yang masih berusia 38 tahun,sudah berpangkat Letkol di Angkatan Laut, Eee ternyata anak teman saya, diusia yang sama sudah berpangkat Kolonel. Nah,bayangkan kalau saya sempat terlanjur,maka saya sudah mempermalukan diri sendiri.

Atau mungkin saya bangga ,karena lebih dari 10 judul buku karya tulis saya yang diterbitkan .9 diantaranya diterbitkan oleh PT Elekmedia Komputindo. Ternyata ,karya tulis dari putra pertama kami sudah 26 judul diterbitkan dan dalam bahasa Inggeris pula.

  1. Berhasil Disyukuri,tapi tetaplah Rendah Hati
  2. Setiap pencapaian,baik dibidang financial maupun dibidang lainnya, tentu patut disyukuri. Namun tetaplah rendah hati
  3. Jangan mabuk pencapaian
  4. apa yang bagi kita luar biasa,bagi orang lain mungkin tidak ada apa apanya
  5. menengoklah keatas,ada jutaaan orang yang jauh lebih hebat dari diri kita
  6. jauhkan diri dari mengusung kebanggaan diri
  7. karena ibarat menggali lubang ,untuk diri sendiri

Cuplikan Pengalaman Pribadi

Tahun lalu ,kami naik pesawat Garuda dari Jakarta menuju ke Perth. Sambil menunggu keberangkatan ,maka kami duduk diruang tunggu. Didepan kami ada wanita setengah baya dengan pakaian mentereng,sedang sibuk berbicara dengan penumpang lainnya yang kebetulan duduk berdekatan. Karena kami baru tiba, maka tentu sopan santunya, kami menganggukan kepala dan mengucapkan selamat pagi.Kemudian kami berdua berdiam diri,kareana tidak ingin mengganggu pembicaraan mereka.

Namun tiba tiba si ibu langsung bertanya :" Hmmm Bapak dan ibu baru pertama kali ke Australia yaa? Dan tanpa memberikan kesempatan kami menjawaba, si ibu yang berumur sekitar 50 tahunan itu,masih melanjutkan. "Kalau saya sudah 3 kali ke Australia ."katanya dengan nada bangga,  Dan kami tidak merasa perlu merusakkan kegembiraannya,maka saya hanya mengatakan :" Oooo sudah sering ya bu" Kemudian diam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun