Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Membangun Jembatan Persahabatan hingga ke Biak

12 April 2014   16:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13972685621046239202

[caption id="attachment_319684" align="aligncenter" width="364" caption="doc.pri/ bersama di BIAK"][/caption]



Membangun Jembatan Persahabatan Hingga Ke Biak

Kami landing di Bandara Frans Kaisiepo , yang merupakan lapangan udara dari Kota Biak. Bandara yang cukup apik dan memadai . Ruang kedatangan yang bersih dan rapi ,sungguh sangat menyejukkan,setelah penerbangan selama lebih kurang  5 jam dari bandara Sukarno Hatta.

Kami di jemputolehPak Max Richard F.Krey dan yang sudah kami kenal danseorang lagi adalah Pak Albert Joppy Tambingon, yang baru kami kenal pada saat ini. Belakangan Saya baru tahu,bahwa kedua sahabat saya ini adalah Caleg dari dua partaiyang berbeda.Salut saya dalam hati, bahwa demi untuk menjalin persahabatan,kedua meninggalkan gelanggang pemilu dan berdampingan untuk menjemput kami. Yang kami maknai sebagai sebuah apresiasi yang tak ternilai. Persahabatan yang mengalahkan kepentingan partai. Sesuatu yang agaknya sudah sangat langka dimasa kini.

Kesibukan keduanya termonitor lewat berderingnya Hp dalam setiap hitungan menit. Kendati saya sudah berkali kali menyarakan , bahwa kami berdua tidak perlu ditemani, namun keduanya tetap bersikukuh menemani kami selama 2 hari di Biak. Persahabatan seperti ini,sudah tidak memungkinkan lagi saya dapatkan di ibu kota Jakarta, dimana saya berdomisili. Bahkan juga sangat langka di kota kota besar lainya di tanah air.

Persahabatan Yang Bebas dari Kepentingan Bisnis.

Saya mencoba merenungi rasa kagum saya akan nilai nilai persahabatan disini. Dan secara jujur saya mengakui, bahwa bila saya kedatangan sahabat di Jakarta, saya tidak mungkin melayani seperti halnya kami diterima disini. Padahal tidak ada suatu kepentingan bisnis yang diharapkan dari saya. Apalagi mengingat keduanya adalah Caleg yang cukup popular untuk di daerah ini. Lagi lagi saya belajar, bahwa ternyatapersahabatan yang tulus itu ternyata masih tetap eksis dalam era ,dimana orang berpacu dengan menghitung nilai nilai untung rugi dari segi materi. Disini, hal tersebut sama sekali tidak terbaca oleh saya. Bahkan tiket kami untuk kembali ke Jakarta sudah disiapkan dan tidak mau menerima uang yang diberikan oleh istri sayaLina.

Persahabatan yang tulus itu sangat mengasyikkan

Ada sekitar sekitar 25 orang yang hadirdalam sebuah ruangan di Hotel Mapia ,yang berlokasi tepat dijantung kota Biak ini. Merekadari berbagai suku yang datang dari pedalaman. Saking asyiknya perbincangan ,semuanya bertahan hingga sore mendatang.Bahkan dalam kesempatan ini,hadir juga istri dan anak anak tercinta dari Pak Max dan Pak Joppy. Putri Pak Joppy, Maria Fransisca adalah putri tercantik di seluruh Jayapura,terbukti dari terpilihnya Fransica sebagai utusan satu satu nya dari tanah papua , untuk mengikuti Kontes Miss Indonesia di Jakarta.

Masih belum puas dengan pertemuan ini, keesokan harinya, pintu kamar kami diketuk perlahan lahan dan ketika pintu dibuka,ternyata ada belasan orang yang sudah datang.Ternyata hari sudah jam 9.00 pagi. Rupanya jam tangan kelupaan di sesuaikan dengan jam di Biak yang lebih cepat 2 jam. Kami minta mereka menunggu sesaatdan kamipun buru buru mandi dan ganti pakaian.

Selesai mandi. Kami menemui teman teman yang sudah hadir . Dan kembali kami tenggelam dalam pembicaraan yang antusias . Pembicaraan berkisar tentang makna hidup dan apa yang diharapkan dalam hidup ini. Seperti biasa, dalam kesempatan ini ,kami mencoba memberikanmereka pandangan pandangan, agar menjadi manusia yang mandiri. Untuk jangan selalu mengantungkan harapan hidup pada orang lain .Dan tak kurang pentingnya adalah menjaga kesehatan ,agar tidak menjadi beban anak cucu.

Siang hari,kami makan nasi bungkus bersama sama, sambil melanjutkan cerita santai yang tidak jauh dari membangun semangat persahabatan dan persaudaraan ,demi untuk Indonesia yang lebih baik. Tidak pernah terbersit semboyan :” Bhinneka Tunggal Ika” dalam pertemuan persahabatan ini, tapi semuanya sudah mengaplikasikan dalam kehidupan nyata.Hal ini tampak dari yang hadir datang dari berbagai suku dan latar belakang agama yang berbeda:Islam, katholikdan Kristen.Malah ada pak Dasir ,asal Makasar yang khusus datang dari Jayapura. Ada kalimat yang sangat menyentuh dari kedua Caleng yang beda partai ini: " Kami beda warna baju dan beda partai,tapi satu tujuan: Indonesia yang lebih baik!" .Saya tidak tertarik untuk menanyakan dari partai mana keduanya, karena secara pribadi,saya tidak suka politik

Persahabatan adalah sesuatu yang tak ternilai, karena menyembatani segala perbedaan : suku, latar belakang sosial dan latar belakang agama. Setidaknya dalam komunitas kecil ini saya menemukan apa arti dan makna dari Unity in Diversity: Berbeda tapi tetap satu: bangsa Indonesia.!

Bandara Frans Kaisiepo, 12 April, 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun