Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jadilah Manusia yang Merdeka Seutuhnya!

24 Juni 2014   01:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:26 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1403524412820200309

[caption id="attachment_330535" align="aligncenter" width="450" caption="Jadilah Manusia Yang Merdeka Seutuhny"][/caption]

Jadilah Manusia Yang Merdeka Seutuhnya!

Kita sudah merdeka sejak 69 tahun lalu.Tidak seorangpun yang berpikiran waras, ingin tetap hidup dibawah kaki penjajah ,apalagi hidup di dalam penjara.. Setiap orang ingin hidup bebas,terlepas dari apapun yang membelenggu atau mengurungnya. Namun tidak sedikit orang, yang sadar ataupun tidak,masih terbelenggu dalam hidupnya.Yang paling ironis adalahyang membelenggu adalah dirinya sendiri.

Kita tidak perlu mencari jauh jauh orang yang hidup seperti ini. Mungkin orang tersebut teman ,tetangga atau salah seorang anggota keluarga. Atau jangan jangan diri sendiri?!

Bagaimana caranya sehingga manusia bisa mengurung dirinya sendiri ,dalam penjara yang diciptakannya?Penjara disini,tentu bukan maksudnya penjara secara phisik,tetapiakibat pemikiran yang keliru, telah membentuk sekat sekat dan batasan batasan,sehingga ia tidak lagi leluasa untuk bergerak.

Tipe orang seperti ini., selalu menjaga “zona keamanannya”. Ia hanya merasa aman,kalau lagi di rumah sendiri atau di tempat kerja. Selain itu lokasi tempat ini,ia selalu was was. Akibatnya hidupnya akan berjalan dari hari ke hari ,secara monoton: Dari rumah ke tempat pekerjaan dan kembali lagi ke rumah. Tidak ada yang memaksanya,tapi ia mengungkung dirinya sendiri. Orang yang menciptakan penjara untuk diri sendiri,tidak bisa ditolong oleh orang lain,kecuali dirinya sendiri.

Proses Terciptanya Penjara Bagi Diri Sendiri

Secara phisik,karena sesuatu kesalahan, seseorang bisa dipenjara dalam hitungan hari,minggu,bulan dan atau dalam hitungan tahun dan kemudian bebas, Tetapi penjara yang diciptakan oleh diri sendiri, bisa membuat orang terpenjara seumur hidupnya.

Bagaimana terciptanya penjara diri?

Penjara diciptakan oleh pikiran pikiran yang negative. Dengan mengansumsikan bahwa :


  • diluar banyak bahaya
  • saya sudah aman disini,kenapa harus keluar?
  • diluar lingkungan saya tidak kenal siapa siapa
  • jangan jangan mereka tidak suka saya
  • saya tidak bisa beradaptasi
  • sejak dari sononya saya memang begini
  • dengan cara begini,toh saya sudah bisa hidup
  • saya tidak bisa bahasa mereka
  • budaya dan agama nya beda dengan saya
  • dan seterusnya dan seterusnya

Manusia bisa di penjarakan phisiknya,tetapi tak ada kekuatan apapun didunia ini yang bisa memenjarakan ide dan keyakinan seseorang.

Tetapi orang yang memenjarakan jiwanya sendiri,secara otomatis memenjarakan phisiknya juga.

Berbagi Pengalaman Hidup

Saya pernah hidup dalam tahanan,untuk sesuatu yang bukan kesalahan saya.Tidak lama,cuma 2 minggu, sebelum saya dinyatakan tidak bersalah .Tetapi bagi diri saya pribadi,2 minggu itu serasa seperti dua tahun..

Tiap detik yang berlalu terasa amat menyakitkan dan merasa amat terhina. Ditempatkan satu sel dengan orang gila. Tidur dilantai yang diberi alas kardus kardus bekas. Lantai digenangi air yang melimpah dari toilet. Kalau mau ketoilet,harus mau membersihkannya terlebih dulu,karena tidak mungkin bisa ke toilet dalam kondisi yang amat kotor.

Tengah malam pintu sel dibanting keras keras dan saya diperintahkan bangun ,untuk diinterogasi oleh petugas. Mereka mengharap,karena kecapaian dan rasa kantuk ,karena tidak bisa tidur, dapat mengiring saya untuk “mengiyakan” pertanyaan pertayaan yang menjebak. Tapi karena memang saya sama sekali tidak melakukan apa yang disangkakan kepada saya.,maka apapun yang ditanyakan,selalu saya jawab dengan jawaban:”Saya tidak tahu”

Petugasnya membentak dan memukul meja sekeras kerasnya,untuk mengertak,tapi dalam perjalanan hidup,saya sudah berkali kali menghadapi maut dan selamat. Bagi saya gertakan mereka tidak ada apa apanya. Puas membentak bentak,saya disuruh kembali ke sel.

Sambil duduk diatas kardus yang tidak basah,saya mencoba untuk tidur sesaat. Baru rasanya tertidur,tiba tiba pintu sel dibanting lagi dan saya kembali di interogasi. Hal ini diulangi setiap hari..

Anda bisa membayangkan bagaimana jiwa dan raga saya menjadi amat letih dan terpuruk.

Bobot tubuh saya merosot dengan cepat..

Dua minggu berlalu ,sarat dengan beban batin……

Pagi pagi sekali ,pengacara saya datang. :” Selamat, hari ini anda bebas Pak Effendi.karena berkas pekara yang diajukan di pengadilan ,dikembalikan,karena tidak didukung bukti bukti yang cukup”

Alangkah besarnya rasa syukur saya kepada Tuhan. Saya dijemput istri dan anak anak, Kami semuanya sangat gembira . Saya bebas dari semua tuduhan ! Nah, dua minggu dalam tahanan,serasa dua tahun. Mengapa kita harus membuat penjara untuk mengurung diri kita sendiri?!

Semoga artikel sederhana ini ,bermanfaat . Percayalah,tidak ada kata terlambat untuk berubah dan memutuskan belenggu diri.

Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir. Belajar sejak dari buaian,hingga ijin menetap kita didunia ini berachir. Jangan pernah berhenti belajar.

Kata orang pintar,belajarlah dari pengalaman hidup anda,karena pengalaman adalah guru yang terbaik. Experience is the best teacher.

Tapi kata orang bijak:” Tidak cukup hanya belajar dari pengalaman hidup anda sendiri,tetapi belajarlah juga dari pengalaman hidup orang lain,agar anda memahami arti dari kearifan hidup yang sesungguhnya.”

Mulai saat ini,jadilah orang yang merdeka,jangan biarkan pikiran negative membelenggu hidup kita.

Catatan:

Semoga tulisan kecil ini mampu menjadi sumber inspirasi bagi setiap orang yang membaca, agar jangan pernah menciptakan penjara bagi diri sendiri ,dengan membiarkan pikiran negative merajai hidup kita. Be the Master of Yourself.

Mount Saint Thomas, 23 Juni, 2014

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun