Pelajaran Dari University of Life Yang Tidak Pernah BasiÂ
Tanggal 17 Oktober 2025, sekitar pukul 11 malam, suasana di rumah kami di Burns Beach terasa haru. Taksi sudah menunggu di depan rumah.
"Engkong dan Emak, taksi sudah sampai," kata Astrid, mantu cucu kami.
Cucu kami, Kevin, dengan sigap membantu mengangkat koper ke dalam mobil. Sebelum berangkat, ia memeluk kami berdua sambil berpesan lembut,
 "Hati-hati ya Engkong dan Emak... sampai ketemu lagi."
Sementara cicit kami Harley memeluk kami dengan air mata tergenang. Sambil berkata lirih:" Makco and Kongco, do you come back here?" Dan saya jawab:' Sure Kongco and Makco will return home" Serasa ada rasa bersalah, saya telah menyebabkan cicit kami sedih. Â Â Sementara Finnley cicit bungsu sudah terlelap tidur
Kami pun melambaikan tangan, meninggalkan rumah dengan suasana hati yang haru.
 Malam itu kami akan menuju Bandara Perth, untuk terbang ke Sydney dengan Qantas Airways, lalu melanjutkan perjalanan ke Wollongong menemui putri kami tercinta.
Perjalanan dengan Uber memakan waktu sekitar 45 menit. Setibanya di Terminal 4 Qantas Airways Departure, suasana tampak sepi.
"Lho, kok tidak ada orang?" pikir saya heran.
Tak lama kemudian, seorang petugas bandara mendekati kami dan berkata sopan,
 "Excuse me, Sir. It's too early. Flight to Sydney departs tomorrow morning at 08:30. Please check your email."