Speak for the Species, karena jika bukan kita yang bersuara, siapa lagi?
Saya sadar, saya bukan aktivis lingkungan yang bisa turun langsung ke hutan menyelamatkan satwa. Namun saya percaya, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk peduli. Bagi saya, cara itu adalah lewat menulis.
Dengan tulisan sederhana ini, saya ingin menyampaikan suara bagi mereka yang tidak bisa berbicara.Â
Saya ingin mengajak siapa pun yang membaca agar menyadari bahwa nasib orangutan, gajah, dan harimau bukan sekadar urusan satwa, melainkan urusan kita bersama. Karena ketika satu spesies hilang, ekosistem akan pincang, dan pada akhirnya manusialah yang akan menanggung akibatnya.
Speak for the Species
Mari kita bicara untuk mereka. Mari kita gunakan kata, pena, dan hati untuk menyuarakan kepedulian. Karena setiap suara berarti, dan setiap kepedulian memberi harapan.
Saya percaya, Speak for the Species bukan hanya tema lomba, tetapi juga panggilan nurani bagi siapa pun yang masih peduli pada masa depan bumi
Karena kalau bukan kita, siapa lagi?
Pertanyaan yang sejak dulu tidak saya temukan jawabannya adalah, kulit harimau dijual belikan. Berarti harimau tersebut ditembak. Darimana Pemburu mendapatkan senjata api? Bukankah setiap kepemilikan senjata api harus ada ijin tertulis? Jelas nama dan alamat nya? Apakah mereka mendapatkan semacam "Lisence to kill?* Hingga kini saya belum mendapatkan jawaban nya
Renungan kecil di malam musim semiÂ
Tjiptadinta EffendiÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI