Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tebang Semua yang Sudah Tua

3 Februari 2023   20:44 Diperbarui: 3 Februari 2023   21:00 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi Tjiptadinata Effendi 

Karena Hanya Merusak Keindahan

Karena Maharaja, sudah mengundurkan diri dan secara ikhlas turun tachta, maka sebagai Pengantinya, diangkatlah Putera Mahkota yang masih muda belia. Kerajaan Antalah Yuang, ini dulu merupakan sebuah kerajaan yang sangat disegani diseluruh semesta. Karena semua sistem pemerintahan yang adil dan beradab, serta paham memahami tentang tenggang rasa. Walaupun dirinya adalah Maharaja, tapi raja selalu bertindak adil. Karena itu ia tidak hanya disayangi dan disegani didalam kerajaannya,tapi juga diseluruh dunia.

Tetapi, seperti kata peribahasa di Sumatera Barat: "Sakali aie gadang,sakali tapian baranjak". Maksudnya, setiap kali pergantian pimpinan baik, di kantor, maupun di Pemerintahan dan di Kerajaan, maka pemimpin baru, ingin menunjukkan eksistensi diri dengan mengubah aturan yang sudah berjalan baik. Akibatnya terjadilah goncangan dalam negara, karena terlalu banyak perubahan, menyebabkan rakyat dan pemangku jabatan menjadi bingung. Kegaduhan ini, merembet pada image kerajaan. Para turis yang biasanya ramai ramai berkunjung,mulai berkurang.

Raja Memanggil Para Punggawa Kerajaan

Cemas menyaksikan bahwa pendapatan kerajaan jauh berkurang, akibat merosotnya kunjungan wisatawan, maka Maharaya memanggil semua Pemangku Jabatan untuk rapat terkoordinasi.

"Begini saudara saudara, belakangan ini, jumlah turis yang berkunjung merosot tajam. Menurut anda semuanya, apa penyebabnya dan bagaimana solusinya?"

Salah seorang Punggawa yang masih muda, maju dan bersembah sujud: "Mohon maaf Maharaja Antalah Juang. Menurut hamba, penyebabnya adalah, para Pelajan di restoran sudah tua, begitu juga di mall mall, yang melayani calon Pembeli hanya orang orang yang sudah tua. Seperti halnya Maharaja, yang suka melihat yang masih muda, cantik dan ganteng, begitu jugalah dengan wisatawan yang berkunjung ke kerajaan kita. Wisatawan sudah bosan menengok wajah yang itu ke itu juga"

Maharaja manggut manggut dan berkata: "Apakah kalian sudah mencoba mengurangi peran orang orang tua tersebut?"

"Sudah Yang Mulia, gaji mereka sudah kita kurangi separuh, tidak ada lagi promosi jabatan bagi  warga yang sudah tua. Tapi ternyata mereka tetap saja masuk kerja. Padahal kalau dihitung, biaya transportasi dari kediaman mereka ke Kantor, jauh lebih besar dibandingkan gaji yang mereka terima. Aneh tapi nyata, mereka tetap mau bekerja."

Belum selesai Raja menanggapi, sudah ada yang maju menghadap, juga Punggawa yang masih muda dan cantik: "Daulat Tuanku, menurut hamba, pohon pohon yang sudah tua juga harus ditebang, karena hanya merusak keindahan kerajaan kita saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun