Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Janganlah Membebani Anak Cucu

24 Maret 2023   03:30 Diperbarui: 24 Maret 2023   05:24 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luka yang cukup dalam/dokumentasi pribadi

 

Sakit Sedikit Tidur Sepanjang Hari

Saat salah seorang anak kita sakit, maka sebagai orang tua, suasana hati menjadi galau. Makan mulai terasa tidak enak. Keceriaan hilang tersaput murung dari wajah kita. Kalau biasanya, berbicara hilir mudik, sejak anak sakit, bicara hanya "ya dan tidak". Mengapa? Karena ada rasa kuartir dalam pikiran. Dari pikiran turun ke hati dan dari hati menjalar ke seluruh indra. 

Begitu juga terjadi sebaliknya. Bila orang tua kita sakit,maka hati kita ikut risau. Rasanya gimana tuh? Karena ada hubungan batin yang tidak kasat mata, antara orang tua dan anak anak. Begitu juga timbal balik. Kalau orang tua sakit,maka anak mantu cucu mulai sibuk. Memasakan bubur. menyediakan minuman dan seterusnya. 

Bila dibiarkan berlarut, maka kondisi ini akan menjadi semacam "kecanduan" bagi sebagian orang tua. Merasa sewaktu sakit, mendapatkan perhatian yang begitu besar dan malahan terkesan dimanjakan. Kami sudah beberapa kali menemui tipe orang tua seperti ini. Hal ini kami catat sebagai sebuah pelajaran berharga, agar jangan sampai melakukannya terhadap anak cucu kami.

Selama Masih Mampu, Urus Diri Sendiri

Saya masih ingat ,sewaktu accident di tangga pesawat, berkunjung ke puteri kami di Wollongong. Tidak sampai jatuh terguling kebawah tangga pesawat. Tapi tulang rusuk saya mengalami benturan yang keras. Teramat menyakitkan. Karena merasa diri kuat, maka saya tidak ke dokter. Padahal isteri tercinta sudah bujuk bujuk saya.

Keesokan harinya saya demam tinggi. Sesak nafas dan batuk batuk. Putri kami telpon dokter. Dan dalam waktu lebih kurang 30 menit dokter datang. Memeriksa dengan teliti, serta mengukur tensi. Dokter geleng geleng kepala. Berbisik pada putri kami. Memberikan obat dan Surat rujukan ke hospital. Esok hari nya saya dibawa isteri dan putri kami ke Rumah Sakit.

Hasil rontgen mengindikasikan 75 persen paru paru saya terinfeksi. Harus rawat inap. 

Tidak boleh ada yang menjaga, termasuk isteri. Karena dikuatirkan saya terkena tuberculosis atau tbc. Sedih banget rasanya. Di kamar isolasi saya sendirian. Kaki dan tangan ada selang infus dan selang obat. Pikiran dan hati galau. Batuk terus mengeluarkan darah. Rasanya everything is almost ended.

Setiap hari isteri tercinta dan putri kami datang. Bahkan Putra kami di Perth membatalkan rencana mau keluar negeri. Datang khusus menengok saya, bersama Kevin cucu tertua kami. Saya sedih, bukan hanya karena harus terbaring di Rumah Sakit, tetapi mengingat anak isteri dan cucu ,menjadi sibuk mengurus saya. Bahkan putera  kami harus membatalkan rencana perjalanan mereka keluar negeri, karena dapat kabar saya sedang dirawat di  Wollongong Public Hospital. Puji Tuhan setelah sebulan nginap di Wollongong Hospital, saya dinyatakan sembuh. Boleh pulang.

Menginap di Rumah Sakit, agaknya sudah menjadi suratan perjalanan hidup saya. Karena dulu,saya juga di operasi di RS Yos Sudarso di Padang dan kemudian 2 kali operasi di Mount Elisabeth Hospital dan satu kali di Gleneagle Hospital di Singpore. Kasihan isteri saya. Di negeri orang, suami dioperasi dan harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh di tunggu. Sehingga isteri saya malam malam harus pulang sendirian ke Hotel. 

Sungguh, isteri saya sudah menepati janji pernikahan yang diucapkan di depan altar sewaktu menikah: "Saya  akan mencintai engkau dengan segenap jiwaku. Dalam suka dan duka dan dalam untung maupun malang". Isteri saya sudah lulus ujian kesetiaan, sebagai seorang isteri. Mungkin ada kesan muji isteri sendiri, ya nggak apa apalah. Kalau muji isteri orang lain, nah baru bahaya.

Kembali Terulang

Kali ini kembali terulang, akibat kurang hati hati, saya terluka pada kaki. Luka yang cukup dalam, tapi syukurlah tidak harus dirawat inap. Sehingga tidak menambah rasa sesal dalam hati saya. Semuanya ini, karena saya over confidence. Saya masih tetap mengemudikan kendaraan, karena yang terluka adalah kaki kiri. Sedangkan untuk kendaraan matic, kaki kiri tidak ada fungsinya dalam mengemudikan kendaraan.

Foto yang saya tampilkan dalam kondisi sudah dibalut secara rapi di Shenton Medical Center. Tidak tega saya posting dalam kondisi terbuka.

Kini, saya lebih hati hati dalam mengerjakan sesuatu. Dan tidak berani memanjat, walaupun menggunakan tangga besi. Karena begitu saya pegang tangga, isteri saya sudah memandangi saya dengan sedih. Dan saya tidak tega melihatnya. Kini  tangga lipat sudah disimpan di gudang dan tidak akan pernah saya gunakan lagi. Saya bertekad dan berdoa, janganlah sampai merepotkan anak mantu cucu, akibat saya kurang hati hati.

Tjiptadinata Effendi

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun