Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Diri Kita Dalam Perangkap Pembunuhan Karakter

29 Desember 2022   09:14 Diperbarui: 29 Desember 2022   09:21 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Apa Tindakan Kita ?

Pembunuhan karakter atau  dikenal dalam bahasa inggris dengan istilah "Character Assassination", saya yakin semua orang sudah tahu. Kejadian ini walaupun sungguh merupakan sebuah fakta, tapi tidak dapat dibawa ke ranah hukum. Karena tidak ada pembunuhan secara fisik, bahkan tampak dari luar seakan-akan, korban di"promosikan" .

Salah satu contoh yang sudah menjadi rahasia umum, di era Orba, orang-orang yang dianggap akan mampu menyaingi atau posisinya akan dialihkan kepada orang-orang pilihan penguasa, sedangkan untuk diberhentikan tidak ada alasan yang tepat. Maka oleh pemerintah Orba diambil tindakan "manis tapi sesungguhnya sangat kejam" yakni mengorbitkan sosok yang dijadikan sasaran menjadi duta di negara yang jauh dari negeri. 

Tampak di depan umum, seakan-akan Pemerintah memberikan penghargaan bagi yang bersangkutan, tetapi sesungguhnya dirinya dibuang. Sehingga tidak punya suara lagi dalam pemerintahan dan lama kelamaan dilupakan orang, sehingga posisi yang selama ini berada di tangannya dapat dialihkan kepada sosok pilihan dari pihak penguasa.

Bisa Terjadi di Mana Saja

Pembunuhan karakter tidak hanya berlangsung dalam pemerintahan, tapi juga bisa terjadi dalam sebuah perusahaan. Orang yang dianggap dapat menyaingi pimpinan, bahkan bisa jadi membahayakan posisinya, akan di"duta besarkan" dengan istilah: "dipromosikan menjadi pimpinan diklat di kota-kota pedalaman. Di sana ia tidak akan dapat berkutik dan ruang geraknya  sangat dibatasi.

Bisa Terjadi Dalam Organisasi

Pembunuhan karakter dapat juga terjadi di dalam sebuah organisasi.  Sosok yang dianggap sudah terlalu lama memegang jabatan penting, sedangkan ada generasi mileneal pilihan pimpinan organissi yang sudah kebelet ingin diorbitkan. Maka dicarilah solusinya dengan "mempromosikan" calon korban pembunuhan karakter dengan mengangkatnya menjadi Kepala Bidang Pengembangan Organisasi yang sesungguhnya sama sekali tidak punya job yang berarti.

Kelak, calon korban akan "bunuh diri" sendiri dengan mengajukan surat permohonan pengunduran diri. Nah, inilah yang sesungguhnya ditunggu-tunggu oleh pimpinan organisasi

Seandainya Diri Kita yang Jadi Korban, Apa Tindakan Kita?

Korban pembunuhan karakter bisa terjadi pada siapa saja, selama dirinya ikut terlibat dalam berbagai kegiatan sosial maupun bisnis dan politik. Nah, seperti kata pribahsa, 'Hoping for the best,but ready for the worst" Berharap yang terbaik, tetapi bila suatu ketika,diri pribadi kita yang terjebak dalam target Pembunuhan Karakter ini,apa yang sebaiknya dilakukan?

Melawan ? Jelas bunuh diri,karena tidak mungkin melawan orang yang berada dalam posisi sebagai Decison Maker atau Pengambil keputusan.

Terus bekerja dengan menanggung beban batin? Jelas sangat tidak baik bagi keselamatan diri 

Menerima dengan ikhlas ,bahwa memang beginilah hidup itu dan terus bekerja sebagai pengisi waktu dan berhenti berharap

Memutuskan :"leave it "

Pilihan ada ditangan kita masing masing, Kalau memang mampu hidup dalam kondisi berada sebagai target pembunuhan karakter,maka jalanilah sesantai mungkin ..Jauhkan diri dari berharap apapun dari perusahaan ataupun organisasi dimana kita bernaung .

Tapi bilamana hal ini akan merusak hidup kita,maka jalan terbaik adalah leave it 

Sebuah renungan di penghujung tahun 2022,agar jangan pernah menjalani hidup dengan pernuh keraguan,karena sangat berbahaya bagi kesehatan diri lahir dan batin. Beranilah mengambil keputusan walaupun setiap keputusan akan selalu disertai dengan konsekuensi logisnya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun