Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tulisan Oma Tembus 40 Ribu Pembaca, Apa Saja Kata Dunia?

22 Desember 2021   08:07 Diperbarui: 22 Desember 2021   09:42 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Berusaha Menjadi Oma dan Opa Mileneal

Di Era zaman dulu yakni lebih dari setengah abad lalu, yang namanya Oma biasanya duduk di kursi goyang,sambil menjahit kancing baju cucu yang lepas atau duduk dengan kaca mata pembesar untuk merenda. Atau ada juga Oma yang duduk menikmati makan sirih hingga mulutnya komat kamit mengunyah sirih plus pinang dan gambir. Mana ada Oma yang menulis?

Beda Zaman 

Walaupun  kami berdua sama-sama dilahirkan di Era Dai Nippon masih berkuasa, bahkan Negara Republik Indonesia belum lahir, kami tidak ingin mengikuti jejak Opa dan Oma kami.  Di rumah tidak pernah ada kursi goyang. Kami berdua mengupgrade diri serta berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman. Maka setelah melalui proses "naturalisasi" yang panjang dan ruwet, disertai pembelajaran diri tanpa kenal lelah, kami bersyukur mampu mentransformasi diri menjadi "Opa dan Oma Mileneal". Main HP, nonton Drakor, mengemudikan kendaraan, pesiar sana-sini, dan salah satu yang sangat berarti dalam hidup kami adalah "membaca dan menulis" Karena tanpa membaca,maka pola pikir dan sikap mental kami akan terbelenggu oleh masa lalu dan tidak akan mampu memasuki ruang hidup yang berbeda di era milenial ini.

Salah satu cara terbaik untuk melakukan Self initiation adalah dengan menulis dan menayangkan ke media. Dalam hal ini Kompasiana. Di sinilah kami secara bertahap menasbihkan diri serta sekaligus melakukan transformasi diri dari Opa dan Oma Kolonial menjadi Opa dan Oma milenial.

Tembus 40 Ribu Pembaca? Unbelieveable 

Rasanya tidak dapat dipercayai bahwa tulisan seorang emak-emak yang sudah punya 11 orang cucu dan 2 orang cicit bisa tembus 40 ribu orang Pembaca. Secara logika adalah "Impossible" . Tetapi sekali lagi  semesta membuktikan dan mengajarkan kepada kami berdua dan mungkin bagi kita semua bahwa hidup itu tidak dapat dipatok melalui logika matematika. Hidup itu memiliki mistery dan jalurnya tersendiri yang tidak dapat diintervensi oleh logika manusia. Semesta tidak pernah tunduk pada hukum dan nalar manusia. Tengoklah apa yang terjadi di luar sana. Betapa saat bencana alam menimpah, manusia dengan segala kedigjayaannya tak mampu berbuat apapun.

Nah, alur pemikiran semacam ini ternyata terjadi dalam dunia tulis menulis. Sebuah artikel dari seorang emak-emak yang sama sekali jauh dari hal hal spektakuler dan sama sekali tidak terdiri dari kosa kata yang berbau ilmiah, tapi mampu menembus angka 40 ribu pembaca. Rasanya impossible, tapi ternyata terjadi.

Sebuah pelajaran berharga dalam dunia tulis menulis. Seirama dengan pesan dari Buya Hamka yang intinya mengingatkan kita bahwa tulisan kita akan menemukan takdirnya sendiri. Yang terkadang tidak terjangkau oleh nalar dan logika berpikir kita. Apa yang bagi kita sesuatu yang biasa biasa saja, ternyata bagi orang lain sangat menarik. Sedangkan tulisan yang menurut kita sangat bagus terkadang hanya dilirik belasan orang. Hidup adalah sebuah proses pembelajaran diri tanpa akhir.

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun