Ternyata Sahabat Kompasianer Miliki Rasa Toleransi Yang Tinggi
Untuk menggunakan istilah "test the waters " atau "testing the waters", kita tidak perlu menggali ataupun bersusah payah berselancar di google untuk mencari tahu,tentang sejarah istilah ini terwujud. Karena merupakan kosa kata umum dan tidak tercantum dalam hak patent seseorang ataupun suatu institusi ,maupun negara  .Dan setiap orang dengan bebas berhak menerjemahkan menurut pendapatnya.
Tipe saya adalah orang yang memiliki filosofi:" Kalau bisa dipermudah, mengapa di persulit?" Nah,menurut saya pribadi,setiap pagi sebelum menyeruput secangkir capucinno yang masih mengepulkan asap.Â
Saya lakukan "test the capucinno" ,apakah sudah bisa diminum ataukah masih dalam kondisi yang bisa menghanguskan lidah saya? Kalau rasanya aman, maka dengan santai sambil mendengaarkan lagu: "Tanah airku tidak kulupakan....kan terkenang selama hidupku...." saya mulai menyeruput capucinno sambil menikmati keharumannya ,karena disediakan oleh wanita yang teramat saya cintai..hmmmmÂ
Begitu juga ,sebelum memutuskan membayar iuran untuk menggunakan Kolam Renang, saya lakukan dulu "test the waters" . Ternyata ,baru mencelupkan tangan saja,wuiih kayak air keluar dari kulkas. Maka kami memutuskan tidak jadi berenang,karena walaupun sudah memasuki musim semi,ternyata udara masih cukup dingin untuk kami sebagai orang Indonesia.Â
Jadi kesimpulannya,yang dimaksudkan dengan "testing the waters' adalah semacam uji coba,apakah boleh dilanjutkan atau dihentikan sampai disana saja .
Kembali ke Judul
Kemarin saya menulis tulisan dengan judul: "56 Tahun Pernikahan Kami Dirayakan di Gereja Our Lady of The Mission" .Eee ternyata yang baca lumayan banyak untuk ukuran saya ,yakni sekitar 240 orang dan mendapatkan tanggapan 44 ,serta dikomentari 30 Pembaca. Bagi saya hal ini sangat berarti. Karena jelas pada judulnya saja,sudah menyebut tentang gereja dan pada gambar pendukung juga tampak altar gereja Our Lady of the Mission.Â
Ternyata hal ini sama sekali tidak menghentikan langkah para sahabat Kompasiana untuk tetap membaca tulisan saya,bahkan memberikan tanggapan dan komentar . Dan tidak satupun komentar yang bernada miring. Betapa beruntungnya saya mendapatkan sahabat yang memiliki rasa toleransi yang tinggi dan mampu menerima segala perbedaan
Hal ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya, mendapatkan sahabat di Kompasiana yang berjiwa besar dan terbuka untuk segala perbedaan .Hal ini semakin menyemangati kami berdua untuk dapat bertemu dengan para sahabat Kompasianers dalam waktu dekat,begitu ada kesempatan untuk pulang kampung .
Sekali lagi terima kasih kepada para sahabat Kompasianers ,yang kami sayangiÂ
Tjiptadinata Effendi