Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Biarkan Virus "Insecure" Meracuni Generasi Muda Kita

2 Oktober 2021   18:01 Diperbarui: 2 Oktober 2021   19:23 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Mewaspadai Kata "Insecure" yang Merasuki Generasi Muda

Kalau 20 tahun lalu masyarakat heboh tentang kesurupan massal yang terjadi dimana mana dan yang terbanyak menjadi korban adalah generasi muda.  

Begitu paradigma unik ini menjadi viral., para tokoh masyarakat bukannya berembuk bersama sama untuk mencari jalan keluarnya, tapi malah yang terjadi adalah masyarakat sibuk berdebat antara kesurupan itu benar benar terjadi atau hanyalah merupakan gejala psikologi yang tidak dipahami orang banyak. 

Maka orang sibuk mempertahankan pendapat masing masing. Satu kelompok amat yakin bahwa kesurupan tersebut memang ada dan menyaksikan serta mendengarkan dengan mata kepala sendiri, bahkan mendengarkan dengan sangat jelas yang kesurupan seorang wanita muda tapi yang keluar dari mulutnya adalah suara nenek nenek.

Sedangkan dari pihak yang mengaku sebagai "Ilmuan" tak mau kalah, mengeluarkan berjibun teori bahwa dalam dunia medis tidak dikenal adanya kesurupan. Yang terjadi adalah semacam gangguan psikologi. Akibatnya, energi yang seharusnya dimanfaatkan untuk membantu habis terkuras hanya untuk debat kusir yang tidak ada habis habisnya

Kembali Kejudul 

Begitu juga dengan latahnya generasi muda menggunakan kata "insecure" sehingga dalam tempo yang sesingkat singkatnya telah merambah keseluruh kalangan remaja.

Insecure merujuk pada kata tidak percaya diri, merasa diri dalam kondisi tidak terlindungi atau dalam bahaya. Kata insecure secara tanpa sadar telah menciptakan image "minta perhatian, minta dikasihani"

Secara normal rasa tidak percaya diri atau perasaan was was yang sejak tempo dulu dikenal dengan istilah minder bila sesekali mengalami tentunya merupakan hal yang sangat manusiawi. Dalam bahasa sederhana boleh disebut " gamang"  Yang dapat bersumber pada faktor external tapi bisa juga internal.

Berbagi Pengalaman Pribadi

Izinkanlah saya memberikan contoh pengalaman pribadi. 

Setelah memutuskan pensiun secara total dari segala urusan bisnis, saya dan isteri memutuskan untuk berkelana mengelilingi seluruh Nusantara untuk mengadakan Seminar tentang tekhnik penyembuhan alami. 

Pada saat pertama diundang dialog interaktif di Radio Pro 2 FM di Jakarta, saya dengan penuh rasa percaya diri dapat melewatinya. Karena sudah bertahun tahun aktif di ORARI, maka walaupun beda ruang  tapi sudah terbiasa menghadapi mikrophone dan berbicara di radio.

Tetapi saat diundang oleh AN TV untuk pertama kalinya melakukan dialog interaktif, baru saya sungguh merasa "insecure" (baca: gamang). 

Bagaimana seandainya saya tidak mampu menjawab aneka ragam pertanyaan dari para pendengar? Bagaimana seandainya saya siaran tapi tak satupun orang yang merespon atau menelpon? Tapi saya ingatkan diri saya bahwa bila saya mundur, maka seumur hidup saya tidak akan pernah lagi berani tampil untuk dialog interaktif di TV .

Walaupun sudah memompa semangat diri, tapi pada saat lampu 1000 watt menyorot kewajah saya dan merasa diperhatikan ribuan pasang mata, tetiba rasa gamang tersebut muncul lagi. 

Tapi saya ingatkan diri untuk tetap tenang serta tidak terpancing secara emosional seandainya ada pertanyaan yang menyudutkan Bersyukur Saya Dapat Melalui Semuanya Dengan Selamat.

Setelah itu sudah tidak ada lagi hal hal yang menyebabkan saya merasa "insecure" termasuk saat memimpin Seminar yang diadakan di Gedung Departement Kesehatan di Kuningan di lantai 3. 

Walaupun seluruh perserta terdiri dari para medis dan dokter specialist padahal saya sama sekali tidak memiliki latar belakang medis, tapi bersyukur Seminar berlangsung dengan sangat memuaskan 

Tapi kalau virus insecure dibiarkan berlarut larut bahkan dimanja manja seakan akan sebuah kebanggaan mengucapkan kata insecure ini, maka akan berakibat fatal. Karena seluruh langkahnya untuk maju akan dihadang oleh virus yang menjadi momok bagi dirinya, yakni "insecure"

Bebaskan Diri dari Belenggu "insecure"

Karena itu, sebagai orang tua alangkah eloknya bila kita membimbing anak cucu agar mampu memutuskan belenggu "insecure " yang telah membelenggu diri mereka secara tak kasat mata.

Yakni dengan mengajak anak anak kita fokus pada kekuatan atau kelebihan yang ada pada dirinya, serta menghindari diri  untuk membading bandingkan diri dengan orang lain. Karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda beda. 

Bangkitkan semangat hidup dalam diri anak anak kita agar mampu membuang seluruh energi negatif yang bersarang didalam dirinya. Sehingga secara bertahap kita mampu mengantarkan anak anak kita menjadi dirinya sendiri dan tidak lagi terbelenggu oleh virus yang bernama "insecure" Sudah tidak terhitung jumlahnya anak anak yang mengalami masa depanya menjadi suram dan kehilangan daya juang ,diakibatkan jiwanya sudah terlanjur diracuni oleh toxic insecure.

catatan tambahan:

tulisan ini hanya sekedar mengingatkan para orang tua,agar jangan menganggap sepele bila anak anak mulai diracuni oleh perasaan insecure,karena dapat berakibat fatal bagi  diri mereka.

ket.inti sari dari buku :" Meraih sukses lewat pencerahan diri" Karya Tjiptadinata Effendi

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun