Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Siapa yang Harus Terlebih Dulu Minta Maaf?

15 Mei 2021   05:58 Diperbarui: 15 Mei 2021   06:32 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Yang Merasa Lebih Muda ataukah Yang Merasa Pernah Bikin Salah?

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, walapun non Muslim ,tapi kami ikut serta merayakan Idul  Fitri,karena sebagian dari keluarga besar kami beragama Islam dan berasal dari Urang Minang asli. Karena itu tidaklah elok bila saya nyinyir menceritakan itu ke itu juga,sehingga bisa bikin orang yang membaca tulisan saya menjadi mual. 

Karena hampir 90 persen dari sahabat kami diseluruh Indonesia beragama Islam,maka tidaklah mungkin satu persatu saya kunjungi,walaupun secara virtual. Maka hal pertama yang saya lakukan adalah memberikan ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri melalui WAG keluarga dan  WAG berbagai komunitas dimana saya ikut menjadi bagian .Karena tidak semua sahabat dan kerabat ikut bergabung dalam salah satu WAG,maka cara lain yang saya tempuh adalah menyampaikan permohonan maaf melalui Facebook ,seperti terlihat pada gambar diatas 

Tidak Perlu Saling Menunggu

Menurut pendapat pribadi ,untuk saling memaafkan ,tidak  perlu saling menunggu,walaupun  secara tata krama yang berlalu di negeri kita,alangkah eloknya bila yang masih muda,lebih dulu menyampaikan ucapan permohonan maaf kepada yang lebih tua usianya. Tetapi hal ini bukan berarti secara serta merta.yang dapat melakukan kesalahan hanyalah orang muda,karena boleh jadi dalam berinteraksi selama ini,yang tua mungkin saja lebih banyak secara tanpa sadar melakukan sesuatu atau menuliskan sesuatu yang telah melukai hati orang lain. Salah satunya kesalahan yang sering dilakukan oleh orang yang merasa dirinya sebagai orang tua atau orang yang di tuakan,adalah mengumbar nasihat sana sini,agar tampak bijak . Padahal belum tentu yang kita anggap baik,adalah baik untuk semua orang.

Boleh jadi nasihat yang overlaping atau tumpang tindih,bukannya memberikan pencerahan kepada orang muda,tetapi sebaliknya menyebabkan orang muda merasa diremehkan dan dianggap anak bawang,padahal mereka itu sarjana . 

Boleh Jadi Secara Pribadi Saya Juga Melakukan Kesalahan  Yang Sama

Dipanggil dengan sebutan :"Bapak,ayah,Om  dan apalagi bila dipanggil dengan sebutan :"Opa" secara tanpa sadar membuat diri serasa melambung dan mulai obral petata petiti atau pituah pituah ,seharusnya begini dan begitu.  Maksud elok untuk memberikan nasihat ,boleh jadi karena penyampaian yang tidak pas,menyebabkan orang muda merasa hidupnya  diatur atur dan menimbulkan rasa hati yang menyebalkan terhadap diri saya.

Karena itu dalam hal saling memaafkan,tidak perlu saling menunggu . Atau karena merasa diri tidak pernah berbuat salah,maka boleh jadi hal ini menyebabkan kita menunggu orang lain,terlebih dulu menyampaikan ucapan :"Mohon maaf lahir batin" 

Padahal secara tanpa sadar,boleh jadi perkataan atau komentar kita telah menyinggung perasaan orang,bahkan mungkin melukai. Tulisan ini hanyalah merupakan pendapat pribadi,yakni kalau merasa bersalah,saya minta maaf kepada isteri saja ,kepada anak kami,bahkan saya tidak malu menyampaikan permohonan maaf kepada cucu kami atau orang lain yang sebaya cucu kami. Untuk urusan minta maaf ,tidak perlu saling menunggu/ Benar nggak ya ?

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun