Tapi Tidak Pandai Membuat Layang-Layang
Sebelum covid-19 menyerang dunia dan kami berkesempatan pulang kampung halaman di kota Padang, iseng-iseng saya mencoba bertanya kepada beberapa orang cucu keponakan, apakah mereka bisa membuat layangan?
Kalau tempo dulu, dijamin seratus persen akan menjawab: "Bisa!"
Saya sendiri, sejak SD bukan hanya bisa membuat layangan. Malahan pulang sekolah sehabis makan siang, saya sibuk hingga sore hari membuat layangan untuk dijual. Apalagi kalau lagi liburan panjang, saat anak anak seusia saya sibuk adu layang-layang, saya sibuk membuat layangan untuk dijual. Hasilnya lumayan untuk beli kebutuhan sekolah.
Tapi belakangan ini ketika saya bertanya, apakah mereka bisa membuat layangan, ternyata rata-rata mereka tercengang, padahal saya bertanya dalam bahasa Padang. Karena saya pikir, mungkin generasi kini tidak paham lagi bahasa Padang, maka saya ganti menggunakan bahasa Indonesia. Eee ternyata, mereka hanya ketawa dan menjawab: "Layangan hahaha? Itu mainan kuno Opa. Mana pula tahu kami cara bikinnya."
Kalau Menurut Lirik Lagu, Bikin Layangan Itu Mudah Banget
Silakan disimak sebait lirik lagu layang-layang:
- Kuambil buluh sebatang
- Kupotong sama panjang
- Kuraut dan timbang dengan benang
- Kujadikan layang-layangÂ
Rasanya mudah banget ya membuat sebuah layangan yang bisa diterbangkan tanpa mesin dan hanya mengandalkan benang dan kemampuan memainkannya.
Padahal, kalau dicoba merakit layang layang sesuai pesan dalam lirik lagu, dijamin 100 persen layangan nggak bakalan jadi. Karena ada banyak pernak-perniknya, antara lain:
- bambu harus dipilih yang sudah cukup tua
- halus tebal bambu ,sesuai dengan ukuran layangan yang mau dibikin
- potongan bambu yang akan dijadikan bagian horizontal layangan harus lebih pendek setidaknya satu centimeter
- dan ujung kiri dan kanan diraut sehingga lebih halus agar tidak tegangÂ
- kemudian diikat dengan benangÂ
- kerangkanya siap, harus digunakan kertas layangan yang ringanÂ
- kemudian untuk memasang benangnya ada aturan mainnya
- jadi tidak semudah apa yang dikatakan dalam lirik lagu
Kini Rata Rata Kaum Muda Milenial Tidak Bisa Bikin Layang-Layang
Tapi di era milenial ini dimana hampir seratus persen generasi muda milenial sudah terkontaminasi menjadi "kaum rebahan", sudah tidak lagi mampu membuat layang-layang.
Kelak, jangan heran bila generasi ke depan dengan terpana mendengarkan kisah tentang aneka ragam layang-layang bisa diterbangkan tanpa menggunakan mesin melainkan hanya menggunakan benang.
Remaja kita maju dalam satu sisi, yakni mereka sangat piawai dalam memainkan gim yang ada di gawai mereka, bahkan mungkin mengalahkan orang dewasa dalam hal main gim. Tapi di sisi lain, mereka sudah tidak lagi tertarik akan mainan tradisional seperti:
- main layangan
- main patok leleÂ
- main kelereng
- bikin gasing dari dahan pohon
- bikin ketapel dari cabang pohon
dan bagi anak perempuan, mereka sudah tidak lagi tahu cara:
- main poci
- main taliÂ
- main hula hoop
- dan sebagainya
Dulu setiap liburan panjang, di mana-mana akan tampak layangan menghiasi langit. Tapi kini generasi muda amat jarang memanfaatkan kesempatan untuk menyaksikan keindahan layangan dilangit biru.Â
Akankah kita biarkan mereka melupakan permainan tradisional kita?
Tjiptadinata Effendi