Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel Kehidupan ( Bagian ke-5)

27 Februari 2021   05:23 Diperbarui: 27 Februari 2021   05:37 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Syukurlah ,tiba tiba sosok orang yang paling dicintai mereka tiba. Ya Edy pulang dengan langkah gontai kecapaian,tapi wajahnya berseri seri.

Sambil menyerahkan uang sejumlah kepada isterinya Edy berkata: " Sayang ,ini hasil kerja papa seharian, Kita bersyukur ya sayang.Ada tambahan modal untuk beli kelapa " Dan dengan hati terenyuh menyaksikan suaminya yang kurus dan batuk batuk, Leni memeluk satu satunya laki laki yang dicintai dalam hidupnya Dan tentu saja putera mereka tidak mau kalah dan ikut memeluk papanya.

"Mandi ya pa ,makan malam sudah siap. .Makanan kesukaan papa, telur dadar dan bayam " Dan Edy mengiyakan,terus mandi .

Saat mereka makan malam

Usai mandi, anak beranak ini,duduk dikursi reyot mereka untuk menikmati makan malam,Seperti biasa,sebelum makan,mereka selalu berdoa,mengucap syukur bahwa hari ini mereka bisa makan enak,yakni ada telur dadar dan bayam,Kemudian menikmati makan malam

Sementara bunyi hujan kian keras diatas atap seng gubuk mereka. Dan mereka hanya bisa berdoa ,semoga jangan lagi ada banjir. Tetiba terdengar suara ketukan di pintu atau lebih tepat dikatakan ada yang menggedor pintu dan terdengar suara wanita berteriak :'Pak bu tolong buka pintunya pak"

Dan segera Edy berdiri.,melangkah kepintu dan membukanya. Tampak bu Upik tetangga mereka yang tinggal dikebun sayur datang menggendong anaknya ,yang hanya dibalut plastik bekas .Belum sempat dipersilakan duduk,bu Upik sudah langsung menyampaikan dengan setelah meratap:" Pa .bu ,anak saya sakit ,ayahnya masih seminggu lagi baru pulang Dirumah tidak ada uang untuk beli obat. Tolonglah bu "

Hati Edy dan Lina tercekat. Mau bilang tidak ada uang ,rasanya mereka tidak tega,tapi kalau yang yang ada ditangan dikasihkan ke bu Upik, esok hari mereka mau makan apa? " Belum sempat mereka menjawab ,tetiba Mardi putra mereka lari kedalam kamarnya dan selang beberapa saat terdengan ada sesuatu yang pecah 

Edy berlari ke kamar anaknya dan mendapatkan putranya lagi mengumpulkan uang recehan dengan tempurung kelapa, Rupanya ia sudah memecahkan celengannya . Belum sempat Edy bertanya ,puteranya sudah mengatakan:" Papa ,kasihan anak bu Upik. Kasihkan semua uang ini ,agar ia bisa beli obat ya pa" Edu tak kuasa menahan rasa harunya ,menyaksikan puteranya yang belum genap berusia 4 tahun,sudah memiliki rasa kepedulian yang begitu tinggi

Membawa puteranya kehadapan bu Upik untuk menyerahkan secara langsung. Bu Upik menangis sejadi jadinya ,Memeluk Mardi dan berucap :"Ibu akan selalu ingat ananda dalam doa ibu ya ,semoga kelak diberikan kelimpahan sepanjang hidupnya"

Malam itu semuanya menangis ,Edy dan Leni memeluk putra mereka yang berhati malaikat dan menyerahkan satu tempurung kelapa penuh uang recehan kepada bu Upik untuk membeli obat demam bagi anaknya.

Dalam kemelaratan dan kemiskinan,mereka bersyukur kepada Tuhan,putera mereka yang belum genap 4 tahun mengajarkan mereka tentang hidup berbagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun