Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Menulis Merupakan Terapi Diri?

24 September 2020   18:11 Diperbarui: 25 September 2020   04:09 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penulis: www.shutterstock.com

Berbagi Pengalaman Pribadi

Ide untuk menulis dengan topik di atas saya dapatkan dari pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang Kompasianer dalam acara A to Z  yang nama Penanya tidak terdengar dengan jelas.  Pertanyaannya adalah, "Apakah benar menulis merupakan terapi diri?" Karena itu agar jawaban yang saya berikan berdasarkan pengalaman pribadi dapat dibaca oleh orang banyak, maka saya tuangkan dalam artikel ini.

Awalnya  , menulis hanya sebatas hobi karena sejak dari SMA saya sudah mulai menulis di majalah sekolah, yakni Gema don Bosco. Di kemudian hari, saya mengalami kecelakaan dan geger otak yang parah. Sehingga setelah secara phisik saya dinyatakan sembuh, tapi ada sesuatu yang hilang dari diri saya, yakni saya jadi pelupa.  Menjadi orang yang pelupa sungguh sangat tidak enak. Dan puncaknya adalah ketika mau menguangkan cek di salah satu bank dan saya diminta menuliskan tanda tangan ternyata saya lupa bagaimana menuliskan tanda tangan saya.Rasanya saya marah kepada diri sendiri. 

Berulang kali mencoba mengulangi tapi tetap tidak sama. Karena tanda tangan yang berbeda, saya tidak dapat mencairkan cek tersebut. Karyawan bank menelpon istri saya. Walaupun saya sudah ngotot menjelaskan bahwa yang saya uangkan adalah cek saya sendiri, tapi karyawan bank, tetap tidak mau memberikan karena tidak sesuai prosedur. Baru ketika isteri saya datang dan menanda tangani, baru cek tersebut dapat diuangkan.

Sejak Saat Itu Saya Rajin Membaca dan Menulis 

Rasa cemas akan mengalami alzheimer, maka saya memaksa diri untuk setiap hari menulis. Pada awalnya menulis satu halaman saja, saya butuh waktu hingga 2 jam. Semakin hari, saya semakin termotivasi untuk menulis karena merasakan secara nyata efek kesembuhan. 

Akhirnya saya menjadi kecanduan menulis hingga 9 judul buku saya diterbitkan oleh PT Elek Media Komputindo di Jakarta, yakni "Aplikasi Reiki Untuk Penyembuhan Diri Sendiri dan Orang lain. Menjadi jalan meningkatkan hidup kita, Transformasi diri, Never ending meditation, Aplikasi reiki tingkat Master, The power of dream/Meraih sukses lewat pencerahan diri, Meditasi penyembuhan lahir batin, Englihtentment".

Dari Hobi Menjadi Kebutuhan

Berhenti menulis buku, maka saya fokus menulis di Kompasiana. Setiap kali tulisan diterbitkan merupakan sebuah kelegaan dalam hati dan sekaligus menjadi motivasi untuk menulis artikel lainnya. Gangguan demensia yang saya alami sembuh secara total. Di samping itu, saya sudah terbiasa disiplin diri. Apapun yang sudah di planning, pasti saya kerjakan. 

Awalnya saya memberi target diri "One day one article", Setelah terpenuhi, saya tingkatkan menjadi "One day two article" dan hal ini juga mampu saya penuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun