Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Saat Terpuruk Menjadi Masa Paling Sulit Berkomunikasi dengan Pasangan

28 Februari 2020   19:09 Diperbarui: 29 Februari 2020   03:43 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay

Komunikasi adalah Jembatan Penghubung

Begitu menikah, tiba-tiba baru sadar bahwa hidup serumah bahkan sekasur dengan seseorang, walaupun kini sudah jadi suami istri, tidaklah semudah dalam kisah dongeng 1001 malam. Di mana dikisahkan, pasangan yang saling jatuh cinta, menikah dan sejak saat itu mereka hidup berbahagia selama-lamanya.

Ternyata dalam menjalani hidup yang sesungguhnya, diperlukan kedewasaan dan kematangan dari kedua belah pihak. Kalau boleh diibaratkan orang lain latihan koor, maka agar tidak terjadi kesenjanangan, nada suara dalam berkomunikasi harus disesuaikan agar suara yang dihasilkan jangan sampai sumbang.

Bila salah satu sudah menyumbangkan suara tinggi, "terus maunya apa?!", maka pasangan merasa harga dirinya disepelekan akan membalas dengan suara yang melengking, "ya terserah kamu!"

Nah, kalau komunikasi sudah mencapai tingkat gawat darurat semacam ini, bila tidak sama-sama sadar diri dan melakukan cooling down, bisa berakibat fatal, yakni bubarnya rumah tangga.

Jangan lupa, rumah tangga yang dibangun bersama-sama selama bertahun-tahun bisa hancur hanya dengan melontarkan satu kalimat yang menusuk tajam, "Kamu itu jadi gembel kalau tidak menikah dengan saya, mengerti?", misalnya.

Kalimat yang isinya sumpah serapah tak kalah hebatnya dari ledakan bom. Bedanya, bom menghancurkan secara fisik, sedangkan kalimat "bijak" yang diucapkan dapat menembus hingga ke jantung pasangan hidup.

Ketika Hidup Terpuruk

Bagi saya pribadi, saat paling sulit untuk saling berkomunikasi adalah di kala perusahaan mengalami kebangkrutan akibat ditipu mitra bisnis dan karyawan kepercayaan. Tanpa sadar sifat saya berubah jadi temperamental dan mengisolasi diri dalam kamar.

Bahkan, ketika istri saya dengan rela menggantikan tugas saya sebagai kepala rumah tangga untuk mencari nafkah dengan menjadi sopir antar-jemput anak sekolah, saya hanya diam, seakan sudah kehilangan perasaaan.

Suasana di rumah yang biasanya ramai dengan canda anak-anak, sejak perangai saya berubah total dan tidak lagi mau berkomunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun