Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terkadang Kita Tidak Tega untuk Berterus Terang

30 Januari 2020   09:39 Diperbarui: 30 Januari 2020   09:48 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Ya?

Dulu pernah ada iklan berbunyi "Terus terang, terang terus". Tapi tulisan ini tak hendak membahas tentang iklan, melainkan tentang  pernak pernik bercerita tentang: "berterus terang" Terus terang membuktikan atau setidaknya menunjukan tanda tanda bahwa diri kita adalah orang jujur dan tidak ada yang disembunyikan. 

Menjadi sosok yang terus terang tentu saja sangat baik. Apalagi bila dibandingkan dengan sosok orang yang plin plan. Yakni yang diucapkan hal hal yang sangat manis, tapi dibelakang menceritakan kekurangan atau kejelekan orang lain. 

Tapi Ada Kalanya Tidak Tega Berterus Terang

Nah, kalau boleh saya bagikan cuplikan pengalaman kecil. walaupun mungkin sudah banyak orang yang merasa jenuh dan bosan mendengarkan "berbagi pengalaman" padahal pengalaman pribadi saya sama sekali tidak tersentuh oleh hal hal spektakuler. Melainkan hanya kejadian kecil yang sering dianggap sudah basi.

Januari 2019 tahun lalu, kami berkesempatan pulang kampung. Setelah sebulan mondar mandir di Jakarta dan di kampung halaman, akhirnya saya dan istri sudah harus kembali ke Perth. Ketika duduk di ruang tunggu sambil menikmati secangkir kopi, datang seorang pria paruh baya yang  bertanya "Maaf, Om dan Tante boleh saya duduk disini? Karena tempat sudah penuh" Tentu saja kami berdua tidak keberatan, apalagi memang bangku tersebut disediakan untuk calon penumpang yang memiliki akses ke ruang eksekutif. 


Sambil ngopi, pria yang memperkenalkan nama " Hendry" tampak sangat senang bercerita.Mungkin bisnisnya lagi maju atau hatinya sedang berbunga bunga. Maka tanpa diminta mulai bercerita panjang lebar tentang usahanya yang maju dan anak anaknya sudah kuliah di salah satu Universitas beken di Jakarta. 

Masih tanpa ditanya, pak Hendry yang tampil elegant dengan pakaian lengkap, bercerita bahwa dirinya untuk  ketiga kalinya berkunjung ke Australia. Kalau sebelumnya ke Sydney dan Gold Coast, kali ini mau main main ke Perth. "Susah Om dan tante, tidak sembarang orang bisa dapat Visa kunjungan ke Australia. Tapi karena didukung oleh dana di tabungan yang memadai dan sudah pernah berkunjung ke Australia, maka Visa saya ditebitkan tanpa kesulitan. Beberapa teman teman bisnis saya bahkan sudah tiga kali ajukan Visa Application, tapi ditolak " Cerita pak Hendry dengan penuh antusias.

"Hmmm Om dan Tante, kalau ada dana sesekali berkunjung ke Australia. Wuih indah banget. Tapi memang, biaya pulang pergi ke Australia tidak sedikit." Dan tanpa memberikan kesempatan bagi kami untuk menjawab, pak Hendry terus menyambung pembicaraan "Om dan tante pasti belum pernah ke Australia ya?" 

Saya dan istri hanya bisa terpana Dan kejadian ini adalah untuk kedua kalinya kami alami. Mau terus terang bahwa sesungguhnya kami berdua sudah menjadi penduduk Australia, sungguh tidak tega. karena pak Hendry berbicara dengan suara cukup lantang, hingga orang yang duduk disebelah menyebelah mendengar dengan sangat jelas. 

Syukurlah Ada Panggilan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun