Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hindari Hidup Berleha-leha, agar Tak Menderita di Kala Menua

22 Oktober 2019   17:53 Diperbarui: 22 Oktober 2019   18:37 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: dokumentasi pribadi

Butuh Kerja Keras dan Berhemat Sedini Mungkin
Jalan-jalan sambil menikmati hari tua, tentu saja merupakan idaman setiap orang. Tetapi ada hal yang rasanya perlu untuk dibagikan,bahwa semuanya ini tidak secara serta merta diperoleh, melainkan melalui perjalanan panjang dan persiapan yang cermat.

Berapa lama dibutuhkan waktu untuk mempersiapkan hari tua mandiri? Tentu setiap orang memiliki jawaban masing masing, karena tidak ada takaran yang menjadi ukuran baku, tentang kapan seseorang dapat dikatakan menjadi orang tua yang mandiri. Ibarat ukuran baju, pakaian yang pas untuk orang lain, boleh jadi kebesaran untuk kita atau sebaliknya terlalu sempit untuk ukuran tubuh kita.

Pengertian: "Hidup Berkecukupan"

Hal yang tampak sangat sederhana ,misalnya istilah: "hidup berkecukupan" sesungguhnya tidak mudah untuk menentukan takaran, sampai batas mana seseorang dapat dikatakan: "sudah hidup dalam kecukupan". Sebagaimana kita tidak dapat menakar istilah hidup sederhana. 

Contohnya, karena kami tinggal di Australia, maka banyak orang tidak percaya, bahwa untuk sarapan pagi, kami hanya membelanjakan sekitar 5 dolar untuk sarapan berdua. Terdiri dari: masing masing secangkir kopi, plus nasi goreng atau mie telur,yang dimasak oleh istri. Hal ini sudah berlangsung sejak dari tahun 2006 kami mulai menetap di Australia. 

Sementara, teman yang sama sama berasal dari Indonesia, juga mengaku: "sarapan ada adanya saja", tapi menghabiskan biaya sekitar 30 dolar untuk suami istri. Dengan catatan, masing-masing secangkir kopi dan sepotong kue. Tapi mereka sarapan setiap hari di Cafe, sehabis jalan pagi. 

Dalam sehari, perbedaan antara pengeluaran kami dan pengeluaran teman kami adalah $.30 -$.5 = $.25 dollar setiap hari,hanya untuk sarapan pagi saja. Bayangkan, dalam sebulan selisih pengeluaran kami,hanya dalam hal sarapan saja adalah sekitar 30 x$.25.=$.750.--(terbilang: tujuh ratus lima puluh dollar)

Sama sama tinggal di Australia dan sama sama hobi jalan pagi dan masing masing mengaku: "Sarapan pagi, apa adanya saja", tapi terdapat perbedaan yang cukup menonjol baru dalam satu hal saja. Belum dihitung untuk makan siang, makan malam dan berbelanja kebutuhan pribadi.

Hemat dan Pelit Berbeda
Berhemat berarti: "tidak membuang uang secara sembarangan", tapi "pelit" adalah sifat yang penuh hitung hitungan, khususnya bila pengeluaran bukan untuk keperluan pribadi. Kalau teman teman dari Indonesia datang berkunjung ke Australia, kami selalu mengajak makan dan minum di restoran, walaupun bukan restoran mahal,tapi pasti bukan di warung. Hal ini, untuk memberikan gambaran aktual bahwa antara hemat dan pelit itu sangat berbeda.

Kerja Keras Semasa Muda,Agar Jangan Sampai Sengsara Di kala Menua
Sebagai orang yang terlahir dari keluarga miskin dan pernah menjalani hidup  dalam kemelaratan selama bertahun tahun, dalam hati kecil, saya baru menyadari bahwa ada berkah terselubung dalam penderitaan kami semasa muda. Karena, didera oleh rasa sakit menjalani hidup dalam kepahitan, kami ditempa menjadi pribadi yang kuat dan tidak ada kata: "menyerah". Sehingga kelak, ketika kami mulai memasuki usia menua,maka dengan melenggang, kami bisa melangkah memasuki masa pensiun dan hidup berkecukupan.

Sementara, sebagian teman teman yang di kala muda hidup mereka jauh lebih baik dibandingkan kami, ternyata ketika mulai menua malahan harus menunggu belanja dari anak-anak. Saya menangis menyaksikannya. Namun, sebaik apapun niat hati, mana ada orang yang mampu  menanggung beban hidup orang lain? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun