Tantangan Bagi Seorang Penulis
"Penulis" dimaksudkan disini adalah "orang yang menulis" jadi bukan masalah ,apakah penulis Profesional ataukah penulis yang menulis hanya sebatas hobi. Karena itu tidak perlu kiranya dibahas ,tentang kriteria "Penulis" karena sudah dijelaskan dalam konteks tulisan ini.
Sebagai seorang Penulis, tentu saya kita sudah berusaha untuk menulis sesuai kemampuan diri dan mematuhi aturan yang berlaku, di mana kita menumpang mempublikasikan tulisan kita. Karena sebagaimana layaknya,orang menumpang, tentu harus mematuhi, aturan yang dibuat oleh Tuan Rumah atau yang mewakili.Â
Selain itu, kalau mau tulisan kita dibaca orang,tentu saja kita berusaha untuk menulis artikel yang bisa dipahami oleh pembaca pada umumnya. Mengingat pembaca terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, yang berbeda latar belakang pendidikan, budaya, dan kesukaannya.
Apa Yang Kita Anggap Bagus Belum Tentu Bagus Bagi Orang Lain
Tidak jarang tulisan yang sudah dipersiapkan secara matang, menurut versi kita, ternyata ketika di posting, tidak mendapatkan label apapun, bahkan bisa jadi, kalau dianggap melanggar aturan dihapus oleh Admin.Â
Atau tulisan tetap muncul, tapi yang baca bisa dihitung dengan jari saja. Di sinilah tekad kita diukur dan diuji. Bilamana kita menulis hanya dengan setengah hati, maka pilihan kita adalah berhenti menulis. Karena merasa hanya buang waktu secara sia sia dan hasilnya sama sekali tidak mendapatkan perhatian sebagaimana diharapkan.Â
Terkadang, tulisan yang diketik di ponsel sambil duduk minum kopi dan secara iseng mempublishnya, ternyata mendapatkan tempat di Headline dan dibaca oleh ratusan orang. Karena itu, tidak berlebihan bila dikatakan,bahwa seorang Penulis selalu diliputi oleh pertanyaan, yakni tulisan mana yang berkenan di hati Admin dan sekaligus mendapatkan sambutan hangat dari para pembaca? Hingga kini,hal tersebut masih tetap merupakan misteri.
Perlu memahami bahwa dimanapun kita mengirim tulisan kita, selalu harus tunduk pada aturan yang ada dan siap untuk merasakan kekecewaan, seandainya tulisan kita tidak dilirik orang.
Di sinilah mental kita sungguh diuji. Mampukah kita menahan diri untuk terus menulis berdasarkan kondisi yang ada atau kita memutuskan untuk berhenti menulis.
Satu Penulis Keluar, Seribu GantinyaÂ