Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perlu Mempersiapkan Diri

18 Juni 2019   08:40 Diperbarui: 18 Juni 2019   08:45 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kapan Harus Naik dan Kapan Harus Turun

Ibarat memanjat sebatang pohon,maka bukan hanya ketika mulai memanjat naik perlu hati hati,melainkan juga ketika saatnya kita harus turun. Dan untuk bisa memanjat sebatang pohon, tidak secara serta merta orang bisa melakukannya,melainkan butuh latihan dari mulai memanjat pohon yang rendah. Saya pernah memanjat pohon kelapa yang paling tinggi di Pulau Pisang di Sumatera Barat. 

Walaupun sudah tidak terhitung kalinya memanjat pohon jambu dan pohon rambutan,tapi memanjat pohon kelapa setinggi belasan meter ,baru kali ini saya lakukan. Awalnya semua berjalan lancar,tapi ketika tiba di pertengahan, tiba tiba angin bertiup sangat kencang.Pohon kelapa mulai bergoyang goyang dan ada perasaan keder dalam diri. 

Tapi mau turun malu,karena di bawah pohon ada puluhan siswa siswi sesama siswa SMA don Bosco,yang menonton. Maka saya terus memanjat dan berhasil tiba di atas. Mulai memelintir 3 butir kelapa muda dan dijatuhkan ke bawah. Sebelah tangan memeluk pohon dan sebelah tangan lagi memetik kelapa,menyebabkan tenaga saya terkuras.

Sementara angin bertiup semakin kencang. Saya harus memutuskan,terus memetik lagi atau turun.Karena merasa tenaga sudah terkuras,maka walaupun teman teman menyoraki agar saya memetik beberapa buah kelapa lagi,tapi saya memutuskan untuk turun.

Menurut teori,memanjat lebih sulit ketimbang turun.Tapi bagi saya pada waktu itu,justru sebaliknya. Keringat dingin mulai merembes di tubuh saya, gigitan semut di dada dan dipunggung cukup mengganggu. 


Apalagi mata mulai kemasukan debu. Maka saya mulai meluncur perlahan lahan dengan dada mendekap batang pohon kelapa. Akhirnya selamat tiba di bawah dengan dada penuh luka goresan. Inilah pelajaran ilmu hidup yang pertama kali saya dapatkan,bahwa bukan hanya naik saja butuh keberanian,tapi juga harus tahu kapan harus turun 

Kembali Ke Judul

Dalam ruang kehidupan lainnya,hal ini terjadi ketika kita naik panggung. Banyak orang mengira,bahwa yang memiliki "panggung" hanyalah para pejabat atau politisi saja. Padahal sesungguhnya setiap orang memiliki panggung masing masing. Hanya bedanya,ada panggung yang ramai dikelilingi orang,tapi ada juga panggung yang penontonnya bisa dihitung dengan jari tangan. 

Misalnya, bagi seorang guru atau dosen, maka panggungnya adalah kelas dimana ia mengajar. Di hadapan para murid, siswa atau mahasiswanya, sosok guru atau dosen adalah sosok yang dihormati dan kata katanya didengarkan. Tapi suatu waktu, entah karena alasan apapun, tidak lagi bertugas mengajar, maka pada saat itulah guru atau dosen, kehilangan panggungnya.

Tiba Saatnya Silent is Gold Harus Diterapkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun