Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Yang Mahal Sesungguhnya Bukan Biaya Hidup, tapi Gaya Hidup

18 Maret 2019   20:51 Diperbarui: 19 Maret 2019   20:22 2529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Menikmati Hidup Tidak Harus Mewah

Entah sudah berapa kali, saya diinterview jarak jauh oleh teman teman di Indonesia menanyakan bagaimana saya dan istri bisa bertahan hidup selama lebih sepuluh tahun di Australia? Padahal kami berdua sudah tidak lagi aktif di perusahaan manapun. 

Walaupun hingga saat ini saya masih aktif sebagai ketua  salah satu organisasi kesehatan tradisional, tapi sama sekali tidak ada masukan dana, malahan yang terjadi justru uang pribadi yang digunakan untuk urusan ini dan itu. 

Beberapa orang teman yang datang dari Indonesia untuk mengunjungi anak cucu mereka yang tinggal di Australia, pada umumnya hanya mampu bertahan selama 2 bulan. Komentar rata rata adalah: "Pengeluaran dana untuk biaya hidup di Australia selama dua bulan sama dengan pengeluaran biaya hidup di Indonesia, untuk satu tahun" 

"Bayangkan Pak, saya dan istri mencoba sarapan di Cafe yang lokasinya di dekat pantai Burns Beach. Kami hanya minum Capucinno masing secangkir dan makan hanya sepotong kue, menghabiskan hampir 50 dolar. Nah, 50 dolar kalau dirupiahkan hampir lima ratus ribu rupiah kan pak Effendi?" Kata pak Johan yang kebetulan dulu sama-sama tinggal di apartement di Kemayoran di Jakarta. 

Yang Mahal Sesungguhnya adalah Gaya Hidup

Seperti kata peribahasa "Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung" Yang secara bebas dapat diterjemahkan: "Di mana kita berada, hendaknya menghormati tradisi dan aturan yang berlaku di negeri orang." Tapi bukan berarti harus mengikuti gaya hidup warga lokal. Kalau gaya warga lokal di Australia yang diikuti, ya mana tahan?

Pada umumnya, warga Australia ngopi di Cafe, weekend makan di restoran plus minum wine. Di sini warung tenda hanya ada bilamana ada event tertentu saja. Kalau tidak ada bazar maka untuk ngopi atau makan siang maupun makan malam ya di restoran, yang menjamur disini. 

Dari mulai western food, Chinese Food, Vietnam Food dan seterusnya. Yang rata rata kalau untuk makan siang atau makan malam perorang sekitar 50 dolar. Kalau restoran yang lebih elit, harganya tentu semakin selangit, untuk ukuran kantong kita sebagai orang Indonesia

Menikmati Makan Enak Tidak Musti ke Restoran

Kami hanya makan di restoran, bila diajak oleh anak cucu atau kami yang mengajak teman teman yang datang dari Indonesia. Selain itu kami sarapan pagi dan ngopi di rumah, dengan total pengeluaran sekitar 5 dollar untuk kami berdua. Yakni minum kopi dan makan mie kuah dengan sebutir telur atau sarapan nasi goreng, yang dimasak oleh istri. 

Kalau kami keluar rumah,maka istri saya mempersiapkan makanan dalam kotak dan minuman dalam termos. Kalau lagi musim dingin,termos berisi air hangat dan kalau musim panas, termos diisi dengan air es.

Kami makan siang di pantai atau ditaman. Tidak bakalan ada yang usil, menengok karena di sini, selama kita menjaga kebersihan, kita bebas mau makan ditaman atau di pinggir pantai, di mana ada ruang publik yang ada bangku taman dan air untuk mencuci tangan atau bersih bersih lainnya. 

Malam kami juga makan di rumah dan tidak pernah makan di restoran, kecuali seperti yang  ditulis di atas, yakni diajak atau mengajak tamu yang datang dari Indonesia. Sebagai gambaran, kami pernah diundang makan malam di salah satu restoran elit di Perth. untuk 11 orang, tagihannya hampir mencapai 800 dolar atau sekitar 8 juta rupiah. 

Kalau sejumlah 8 juta rupiah ini, untuk di kampung saya di Padang, bisa digunakan untuk mengundang warga satu RT dan mungkin masih ada tersisa uangnya.

Kami Tidak Perlu Menyewa Rumah Jadi Bisa Hidup Hemat

Karena kami tidak harus menyewa rumah, karena sudah disediakan oleh putra kami, maka untuk biaya hidup kami berdua, setelah kami kalkulasikan dari sarapan, makan siang dan makan malam, dana yang dikeluarkan, tidak lebih mahal dibandingkan pengeluaran kami selama tinggal di Apartement Kemayoran di Jakarta.

Jadi, kalau hanya biaya untuk makan dan minum sehari harian, selama tinggal di Australia, tidak lebih mahal dibandingkan tinggal di Jakarta. Yang menyebabkan banyak orang tidak mampu bertahan hidup di sini, adalah karena mengikuti gaya hidup warga lokal.

Dalam hidup ini, tidak hanya dalam bisnis dibutuhkan management, tapi juga dalam pengeluaran biaya dapur perlu diterapkan sistem management. Yang meliputi:

  1. memilih menu sarapan yang enak dan murah
  2. ngopi dirumah berdua, pengeluaran hanya 1 dolar, ngopi di cafe minimal 10 dolar
  3. berbelanja di pasar tradisional yang jauh lebih murah dibandingkan belanja di Mall
  4. hindari makan minum direstoran, kecuali ada tamu yang perlu diajak
  5. tidak perlu ikutan beli tiket konser, karena dirumah juga banyak hiburan
  6. Weekend mau ikut santai di pantai tidak masalah, tapi makanan dan minuman dipersiapkan dari rumah

Kalau hidup bisa dipermudah, mengapa harus dipersulit, hanya untuk meniru gaya hidup orang lain?

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun