Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tenggang Rasa Itu Takarannya Apa Ya?

5 Maret 2019   07:38 Diperbarui: 5 Maret 2019   10:02 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan Sampai Kita Keliru Menggunakan Takaran

Kalau kita membeli mangga, maka takarannya adalah perbuah atau perkilogram. Kalau seandainya, kita bertanya kepada Penjual mangga, "Pak, berapa harga mangga seliter? Atau berapa harga mangga satu meter? " Tentu sudah dapat dibayangkan, bukan hanya si Penjual mangga melainkan orang orang sekitar yang mendengarkan pertanyaan kita akan menggelengkan kepala dan berbisik, " Kasihan ya...penampilan necis ternyata sinting "

Rasanya lucu banget ya bila ada orang yang salah dalam menggunakan takaran, ketika berbelanja. Apalagi bila berbelanja di toko buku dan bertanya, "Mbak berapa buku ini sekilo?" 

Maka si Mbak,hampir pasti akan menjawab, "Maaf pak, ini buku baru. Kalau yang kiloan itu kan koran bekas?" Atau jangan jangan si mbak buru buru panggil sekuriti toko dan berbisik, " Tolong pak ada orang kurang waras mau beli buku kiloan "

Tapi kalau kita memiliki sepotong kerendahan hati dan meluangkan waktu satu dua menit untuk merenung, bisa jadi hal seperti ini pernah kita lakukan baik sadar ataupun tanpa sadar, yakni memakai takaran yang keliru untuk menilai sesuatu.

Semua Ada Takaran Masing Masing

Sejak dari anak SD sudah tahu, bahkan anak anak hasil produksi zaman NOW sudah tahubahwa semuanya ada takarannya. Misalnya:

  1. Kain takarannya adalah meter
  2. nasi takarannya sepiring, seporsi atau sebungkus
  3. air takarannya  segelas, sebotol, seliter atau satu gallon
  4. air banjir, takarannya bukan segelas, tapi ditakar berdasarkan kedalamannya dengan meter atau centimeter
  5.  tapi pemberian dari sahabat atau kerabat,tentu tidak ditakar dengan "berapa harganya?"
  6.  dan seterusnya dan seterusnya

keterangan : bersama teman teman setanah air di Perth/dokumentasi pribadi
keterangan : bersama teman teman setanah air di Perth/dokumentasi pribadi
Kembali  Kepertanyaan Awal 

Dalam berinteraksi dengan lingkungan di manapun kita berada, salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dan tidak melukai hati orang adalah dengan memegang teguh prinsip "tenggang rasa"

Semisalnya, ada tetangga yang sedang berduka,sementara anak kita berulang tahun. Tentu saja kita tidak perlu membatalkan perayaan ulang tahun anak kita,karena  yang meninggal bukan nenek kita, tapi nenek tetangga. Namun, sebagai tetangga yang baik dan sebagai orang yang tahu tenggang rasa, kita kecilkan volume musik. 

Tapi kalau kita tetap bersikukuh bahwa kita di rumah sendiri dan bebas berbuat sesuka hati  dan membuka volume musik sebesar besarnya dengan pemikiran, "yang meninggal bukan nenek saya,mengapa saya harus ikut berduka?" Tetangga hanya bisa mengurut dada dan tidak  bisa menyeret kita ke ranah hukum karena tidak ada undang undang yang menyatakan, bahwa "bila tetangga sedang berduka,kita harus ikut berduka."

Namun, ada hukum masyarakat yakni kita dianggap manusia tidak punya hati atau punya hati,tapi sudah membusuk. Walaupun kita bisa saja memberikan argumentasi ,bahwa kita bunyikan musik di rumah sendiri,mengapa orang lain harus usil? Tapi , suasana hati tidak dapat ditakar dengan aturan dan hukum. 

Bila kita keliru menakar sesuatu dengan mengunakan takaran yang tidak pas,maka jadilah kita manusia yang tidak tahu bertenggang rasa. Secara hukum kita dinilai "clear" ,tapi hidup berdampingan, ditakar dengan "tenggang rasa" dan takaran dari "tenggang rasa" adalah hati kita masing masing.

keterangan foto: diundang makan malam oleh teman teman di Bandung/dokumentasi pribadi
keterangan foto: diundang makan malam oleh teman teman di Bandung/dokumentasi pribadi
Tenggang Rasa Bersifat Universal

Tenggang rasa adalah bahasa yang  universal. Tidak mengenal batas daerah dan batas negara. Karena sesungguhnya semua manusia punya hati. Sebagai contoh,tetangga kami di sini sedang membangun rumah. Kendaraan saya parkir di laman sendiri. Tapi tiba tiba, tukang yang sedang mengerjakan bangunan mengetuk pintu. Dan kemudian, bertanya, apakah boleh kendaraan saya dipindahkan, karena ia kuatir akan terkena debu semen. Walaupun saya parkir di laman sendiri, tapi dengan senang hati saya memindahkan kendaraan. 

Dan tukang batu tersebut, berulang kali mengucapkan terima kasih. Tapi kalau saya berpikir, " Saya parkir dilaman rumah kami. Mengapa pula harus memindahkan kendaraan hanya kraena tetangga lagi membangun rumah?" Tetapi  saja bila hal ini saya lakukan dan bilang, "Sorry,saya  lagi sibuk dan tidak bisa diganggu."

Mereka tidak bisa menuntut saya, karena adalah hak saya parkir kendaraan di laman sendiri, maka antara saya dan tetangga, sudah tercipta sebuah jurang pemisah Masalahnya sepele, yakni saya tidak mampu bertenggang rasa.

Tenggang Rasa Sangat Sederhana

Tidak dibutuhkan ilmu pengetahuan yang tinggi dan tidak perlu memahami tentang hukum dan undang undang, karena hanya membutuhkan hati yang terbuka untuk sebuah persahabatan dengan siapapun. 

Dengan bermodalkan tenggang rasa, maka kita akan diterima dimana saja, bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi juga dengan hati terbuka Tenggang rasa,menghadirkan kesejukan hati dimanapun kita berada. Hal ini akan menjadi kenangan manis terhadap diri kita.

Saya sudah membuktikannya, walaupun kami sudah lama kehilangan kontak dan sama sekali tidak ada hubungan materi atau keuntungan apapun,tapi 2 bulan lalu ketika pulang kampung, kehadiran kami disambut dengan senang hati bahkan teman teman lama,mengundang kami makan bersama keluarga mereka.

Tulisan ini hanyalah secuil pengalaman pribadi dan sama sekali tidak menggurui siapapun. Karena tenggang rasa intinya adalah hati, maka mari kita tanya hati kita masing masing, sudahkah kita menerapkan tenggang rasa dalam hidup berinteraksi dengan lingkungan di mana kita berada? Don't ask me, ask your heart, because the answer is in your heart"

Renungan di pagi ceria
Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun