Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Masih Ada Pengusaha yang Merindukan Kembali ke Zaman Orba?

10 Desember 2018   20:28 Diperbarui: 11 Desember 2018   07:47 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebagai seorang mantan pengusaha nasional ,walaupun kelas teri,saya menuliskan artikel ini,untuk menjawab pertanyaan ,mengapa masih saja ada pengusaha yang ingin kembali ke zaman Orba?  Artikel ini tidak mengambil referensi dari manapun,karena merupakan  pengalaman pribadi selama lebih kurang duapuluh tahun menjadi Pengusaha.

Pengusaha Adalah Penguasa (Pada masa itu)

Sebagai seorang Boss ,sebuah perusahaan,walaupun termasuk kelas teri.tapi setidaknya perusahaan saya sudah terdaftar sebagai Eksportir Kopi dan Cassia,yang pada masa tersebut ,dibuktikan dengan diterbitkannya A.P.E (Angka Pengenal Ekspor) oleh Kantor Kementerian Perdagangan di Pusat .Jadi sudah berskala nasional.Begitu juga dengan Aproved Trader Cassia (kulit manis),ditandai dengan Surat Keputusan dari Dinas Perdagangan Pusat di jakarta. 

Susah nggak ya mengurus Surat Penting tersebut?  Jawabannya :"Bisa sangat susah,bahkan mungkin anda tidak akan pernah mendapatkannya. Tapi kalau mau :"dibantu",maka semua akan menjadi mudah"Pada masa itu,memegang uang,bagaikan memegang :"Lampu Aladin" Cukup dielus elus dan semuanya akan dipersiapkan ,sesuai keinginan Pengusaha. Silakan memilih.mau membentur dinding dan hancur ataukah lewat pintu belakang ?

Semua Bisa Diatur

Saya berkantor di jalan Niaga,kota Padang. Walaupun cuma perusuhaan yang berkaliber :"teri" bila dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya,tapi sebagai Pemilik Perusahaan dan sekaligus bertindak sebagai Direktur Utama.segala sesuatu urusan bisnis bisa diatur dengan duduk goyang kaki di meja kerja.Yang penting :"Disana senang ,disini senang"

Ritual dimulai sejak kantor dibuka pagi hari. Sekretaris mengetuk pintu dan mengatakan:"Maaf pak,ada Petugas ingin bertemu" Tentu saja saya persilakan masuk. Didepan saya berdiri dengan sikap menghormat  ,sambil melapor :" Izin melapor pak. diluar ada beberapa truk yang membawa kopi dan cassia dari Sungai Penuh. Mohon maaf,sebenarnya dilarang parkir di depan gudang,karena mengganggu lalu lintas. "

"Ooo begitu ya.?" Anda bisa bantu nggak ?" Tanya saya 

"Siap pak.saya kerjakan" .Petugas memberi hormat dan keluar dari ruang kantor . Mudahkan ? 

Masalah Mengapalkan Barang

Belum 5 menit,Sekretaris mengetuk pintu:"Maaf pak.dari Maskapai Pelayaran,mau bicara,boleh saya sambungkan?" 

"Boleh " Jawab saya. Dan dari seberang sana terdengar suara :"Selamat pagi Boss. Dapat kabar ada 20 ton barang,mau dikapalkan ya Boss?" 

"Benar pak,ada mas?"Tanya saya.padahal saya sudah tahu ujung pembicaraannya.

"Hmm  mohon maaf Boss,gudang kita lagi penuh "Jawaban dari Teluk Bayur

"Oo begitu ya?,diatur sajalah mas" Jawab saya singkat,karena hal ini sudah menjadi ritual dari tahun ketahun.Lalu jawaban dari seberang sana :"Siap Boss.,pokoknya barang Boss akan diprioritaskan." Hmm oya Boss..kebetulan sudah lama tidak ketemu Boss.boleh saya singgah kekantor?"

"Boleh,silakan mas" Jawab saya mantap'.

Bill of Lading Belum Ditanda Tangani

Urusan bongkar muat barang sudah ada yang bantu,Urusan gudang penuh juga sudah diatasi dan urusan muat barang keatas kapal juga sudah tuntas hanya dengan mengucapkan :" Anda bisa bantu ?" maka semuanya menjadi mudah. Setelah barang yang akan diekspor berada diatas kapal.makan seharusnya  surat tanda bahwa sudah dimuat,yang dikenal dengan istilah Bill of Lading,diterbitkan oleh maskapai pelayaran yang bersangkutan,tapi ternyata sudah lewat tengah hari, karyawan saya belum pulang  membawa surat yang dibutuhkan tersebut.

Tanpa Bill of Lading,saya tidak bisa mencairkan dana dari Letter of Credit. Maka saya minta Sekretaris menelpon ke Pimpinan Maskapai Pelayaran dan langsung berbicara:"Maafpak.saya butuh Bill of Lading ,hari ini sebelum jam 2.00 siang. 

Bisa dibantu pak?"tanya saya."Bisa saya bantu Boss.Nggak usah dijemput,saya suruh orang saya antarkan ke kantor ya Boss" jawaban yang sangat menyenangkan .

Urusan Pajak? Gampang

Selama menjadi pengusaha,saya tidak pernah menginjakan kaki kekantor pajak. Semua sudah beres,karena semuanya sudah :"dibantu" .Itulah enaknya banyak teman di intansi, dimana mana orang siap membantu. 

Mau memperpanjang SIM ? Gampang,tunggu dikantor ,beres. Mau perpanjang paspor? No.problem at all.tidak usah datang ke kantor,tunggu di  rumah saja. Nah,enakkan di zaman Orba?  Pokoknya,money is the power dan semua bisa diatur. 

Tiba Tiba Suasana Berubah Total

Kalau di zaman Orba,Pengusaha adalah Penguasa dan bisa memberikan instruksi kepada instansi yang terkait,tiba tiba semuanya berubah total.Boss bukan lagi orang yang berkuasa mengatur ngatur.  Kalau dulu jawabannya:"Siap Boss beres,kami bantu",kini jawabannya :"Maaf pak,silakan ikuti aturan yang ada .tidak ada pengecualian " Maka itulah pertama kalinya ,saya mendatangi kantor Pajak,kantor Polisi untuk perpanjangan SIM .Ternyata semua sudah berubah total. Bukan uang lagi yang mengatur Petugas di berbagai Instansi,melainkan aturan yang berlaku yang diterapkan.

Ada Yang Merindukan Jadi Boss Gaya Lama

Bagi Yang Masih Merindukan zaman ,dimana Boss adalah Penguasa,tentu saja sangat antusias mendapatkan angin surga ,untuk berangan angan kembali ke zaman Orba.agar, "wibawa" sebagai Boss dapat dipulihkan kembali

Pada waktu itu,falsafah bagi para pengusaha adalah :"Anda mau jujur ? Maka anda akan terbujur kaku".Ikuti aturan permainan atau anda bisnis anda akan berakhir.! Di era Orde Baru,Penguasa bisa mengatur aturan sesuai keperluan,tapi kini Pengusaha dan Penguasa,harus mematuhi aturan yang sudah ditetapkan. 

Tulisan ini, merupakan pengakuan dosa dari saya sebagai mantan pengusaha dan sekaligus Pemegang  APE dan ATC  ,serta berharap dapat gambaran ,untuk menjawab pertanyaan  ,mengapa masih ada segelintir pengusaha yang ingin kembali ke Orba? Inilah jawabannya.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun