Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Tiba Waktunya Mengucapkan Selamat Berpisah

14 Juli 2018   21:57 Diperbarui: 15 Juli 2018   06:58 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto.: sedan ini terpaksa dibuang/dokumentasi pribadi

Setiap kali terjadi sebuah perpisahan ,selalu menghadirkan sepotong kesedihan dalam hati. Bukan hanya berpisah dengan orang orang yang dicintai, tapi juga ketika tiba saatnya harus mengucapkan selamat berpisah kepada  benda benda kesayangan kita. Apalagi benda kesayangan tersebut bukan diberikan kepada keluarga atau teman,melainkan dibuang ketempat sampah. Inilah yang terjadi dengan  sedan Nissan yang kami beli 3 tahun lalu.

Beda Negeri Beda Aturan

Kalau di negeri kita,kendaraan mogok di jalan,tidak menjadi masalah, bisa panggil montir ,yang akan datang memperbaikinya .Atau kalau tidak bisa diperbaiki ditempat, diderek dan dibawa kebengkel atau dibawa pulang kerumah.

Tapi seperti kata pribahasa: "Lain Padang, lain belalangnya, lain lubuk lain pula ikannya" Begitu juga dengan aturan tentang kepemilikan kendaraan roda 4 ada banyak aturan yang kalau dibandingkan dengan aturan di negeri kita ,ada yang berbeda total.

Minggu lalu,kami mengunjungi putri kami di Wollongong,maka disana saya mengemudikan kendaraan Nissan buatan tahun 2000 yang kami beli 3 tahun lalu,dengan harga 1.500 dolar atau 15 juta rupiah.Kondisi kendaraan masih  mulus, bodynya belum ada yang penyok, begitu juga bagian dalam kendaraan. Namun kemarin, ketika saya mengantarkan tamu yang tinggal ditempat  ketinggian,ternyata kendaraan tidak kuat mendaki. Karena bebannya,selain dari saya dan istri, dijok belakang ada 3 orang lagi penumpang. 

Usai Mengantarkan Tamu Kendaraan Mogok

Walaupun  terasa jalan kendaraan seakan merangkak,akhirnya tiba juga ditempat tujuan. Akan tetapi sewaktu akan pulang kerumah.persis dipendakian, kendaraan tidak mampu lagi mendaki. Saya coba menghentikan kendaraan dan memeriksa oli,ternyata cukup. Kemudian setelah mesin dingin,saya periksa air radiator, juga tidak masalah. Mencoba menstarter lagi, kendaraan menyala,tapi sudah tidak lagi memiliki power untuk melanjutkan perjalanan

Keesokan harinya Montir dipanggil dan setelah diperiksa, ia mengkalkulasi untuk biaya memperbaikinya adalah sekitar  2000 dolar. Tentu saja saya sangat kaget,karena ternyata biaya perbaikan, lebih mahal ketimbang harga mobilnya. Akhirnya  kami menanyakan biaya derek, yang ternyata sekitar 300 dolar atau 3 juta rupiah.

Terpaksa Membayar 300 Dolar Untuk Membuang Sedan Tersebut

Tapi putri kami mengingatkan,kalau kendaraan dibawa pulang dan diparkir dilaman depan rumah,bila lebih dari satu bulan,bisa dikenakan denda 200 dolar plus biaya derek untuk membuangnya ditempat pembuangan mobil rongsokan. Sedangkan kalau mau disimpan digarase, tidak ada tempat, karena sudah ada 2 mobil lainnya.

Akhirnya dengan perasaan sedih,sedan yang selama hampir tiga tahun saya gunakan untuk jalan jalan bersama, bahkan sampai keluar kota, harus dibuang ketempat pembuangan mobil, dengan membayar biaya derek sebesar300 dolar. Karena disini,tidak boleh sembarangan kendaraan digunakan untuk menarik kendaraan lainnya,karena dinilai berpotensi membahayakan pengguna  jalan raya lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun