Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Rahasia Mengapa Ibu Saya Tidak Pernah Mau Duduk Makan Bersama

5 Januari 2018   20:36 Diperbarui: 5 Januari 2018   20:48 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ibu adalah tetap ibu,walaupun kelak anak anaknya sudah bertumbuh menjadi dewasa dan suatu saat menjadi kakek nenek. Entah mungkin karena pembawaan saya yang :"baper",setiap kali duduk dikeheningan malam,saya teringat,betapa ibu saya,tidak pernah duduk makan bersama kami anak anak. 

Selalu sibuk didapur,entah mencuci piring atau  membersihkan lantai. Hal ini berlangsung selama bertahun tahun. Setiap kali saya mengajak makan,jawaban ibu sama, yakni :"Makanlah dulu,ntar ibu makan. Ini makanan di dapur tidak bisa ditinggal,ntar dimakan kucing"

Hingga Suatu Hari

Hingga suatu hari,usai makan malam,saya mendapatkan ibu saya lagi makan kerak didapur.Dipiring ada kerak,dan sesendok sambal lado. Sebagai seorang anak yang baru berumur 9 tahun,saya heran mengapa ibu saya memilih makan kerak,ketimbang makan nasi,bersama kami semeja.Ketika saya tanyakan ,ibu saya menjawab "Ibu suka makan kerak enak".

Keinginan tahu,sebagai anak anak,menyebabkan,keesokan harinya,secara diam diam saya kedapur dan menyuapkan kemulut saya sesendok kerak.Tapi rasanya pahit dan jauh dari enak,seperti yang dikatakan ibu saya. 

Bertepatan ibu saya kedapur .Menengok saya memandang ibu dengan penuh tanda tanya,maka ibu saya baru berterus terang."Nak,kita orang susah.Papa kalian,kerja keras sebagai Sopir truk ,siang malam. Kalau tidak ada yang mau makan kerak,berarti akan terbuang sia sia. Kasian papa mu,sudah kerja keras dan hasil kerjanya dibuang begitu saja"

Saya terdiam dan tanpa terasa air mata saya jatuh berderai kelantai tanah,yang menjadi bagian dari rumah kami.Saya peluk ibu saya erat erat dan berjanji,kelak bila saya dewasa,akan kerja keras,agar dapat  membawa ibu saya jalan jalan."

21 Tahun Kemudian Baru janji Saya Pada Ibu Bisa Ditepati

Janji saya kepada ibu ,baru 21 tahun kemudian,bisa saya tepati.Ketika membeli Plymouth tahun 57 dengan harga 500 ribu rupiah,maka orang pertama yang kami ajak naik ke mobil ini,adalah ibu kami.Saya ajak ibu ke Danau Singkarak.Walaupun cuma mobil rongsokan,tapi ibu saya sangat berbahagia ,menikmati perjalanan bersama saya dan istri.serta anak anak.

Ibu saya meninggal pada tanggal, 22 Desember,tahun 1980

Walaupun kini saya sudah kakek dari 10 orang cucu,tapi saya adalah anak dari ibu saya,yang tidak akan pernah saya lupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun