Kebahagiaan Tak Ternilai adalah Ketika Disambut Hangat Kemanapun Kita Pergi
Kalau diterima untuk bertamu di kantor Wali Kota atau Kantor Gubernur, tempo dulu memang menjadi suatu kebanggaan. Tapi kini dizaman keterbukaan, bertemu dengan wali kota atau berjabat tangan dengan gubernur maupun menteri sudah bukan lagi sesuatu yang bisa dibanggakan. Karena siapapun bisa bertemu dengan para pejabat.
Kebahagiaan tak ternilai justru bilamana kedatangan kita kerumah rumah penduduk diterima bukan hanya dengan tangan terbuka, tapi juga dengan hati terbuka. Setidaknya, hal inilah yang kami rasakan dalam perjalanan kami kehampir seluruh pelosok tanah air.
Dalam kunjungan kami, sengaja tidak membawa oleh-oleh apapun untuk menghindari prasangka yang negatif seakan kedatangan kami ada maksud maksud tertentu. Jadi kami datang, tanpa membawa oleh-oleh.

Kami ingin membuktikan,bahwa segala keberagaman,sama sekali tidak ada halangan untuk menjalin hubungan persahabatan. Walaupun pada awalnya kami di wanti-wanti oleh beberapa orang teman yang mungkin menghawatirikan keselamatan kami berdua. Namun tekad kami sudah tetap. karena prinsip kami kalau tidak ada yang mengawali maka selamanya akan ada jarak yang memisahkan antar orang orang yang berbeda suku budaya dan agama

Kami  menginap di Hotel Lading dan pemilik hotel adalah seorang Haji, menyambut kami dengan ramah. Sama sekali tidak ada pandangan aneh terhadap kedatangan kami. Ada Pak Asrul Adami, yang dari Hotel Paradise,yang sudah kami kenal, menemani kami bersama pak jasman untuk berkeliling di Banda Aceh. Bahkan kami diundang makan oleh teman teman di jantho.

Kuncinya sangat sederhana,yakni datanglah dengan niat baik dan berbicaralah dari hati. Orang akan dapat menilai,dengan melihat wajah kita,pandangan mata dan gesture tubuh ketika bersalaman dan berinteraksi,apakah kita menghargai mereka atau menggangap diri kita lebih tinggi. Ketika kita berbicara dari hati kehati,maka orang akan membuka hatinya untuk kita. Berbicara dalam bahasa yang sangat sederhana,tanpa sopan santun berlebihan.
Begitu juga ketika kami mengunjungi Palangkaraya untuk pertama kalinya. Kami di jemput di bandara oleh Pak Suwandi dan  istrinya bu Tuti dan dibawa keliling kota ,serta memperkenalkan kami dengan teman teman lainnya.
Di NTT ,Kami dipanggil :"papa dan mama"
Di NTT kami berkeliling bersama pak Markus.ke berbagai kota,seperti: Maumere, Ende,Larantuka.Labuan Bajo,Bajawa dan kota kota lainnya. Beda budaya,beda adat istiadat  dan beda bahasa setempat.tapi dalam waktu singkat,kami sudah menjadi sahabat hingga saat ini. Bahkan sebagian besar memanggil kami dengan sebutan :"papa dan mama".Sehingga jumlah anak anak kami,sudah tidak terhitung lagi
Begitu juga ke Manado,Tanah Toraja. Ambon, Jaya Pura,Biak ,Merauke dan Timika.kami disambut dengan pelukan hangat.Bahkan kami dapat cucu angkat disana.
Bagi kami pribadi,kesuksesan hidup sesungguhnya,bukan karena kami pernah menjadi pengusaha ,Eksportir Kopi dan Cassia ,selama hampir 20 tahun,melainkan ketika kami berhasil menjalin persahabatan dari Sabang hingga Merauke

- datanglah dengan niat baik
- jangan bawa oleh oleh,agar jangan sampai dibilang mengiming imingi
- oleh oleh dibawa,sesudah jalinan persahabatan sudah terbentuk
- jangan bicara masalah agama
- hindari bicara soal politik
- jaga sikap dan tutur kata kita
- hargai budaya setempat'
- diundang makan,jangan ada keraguan apapun
- Jangan putus kontak,walaupun jarang berkunjung
Memilki jaringan persahabatan dimana mana,sungguh merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak dapat diukur dengan materi. Karena mereka menjadi sahabat kita,bukan lantaran bagi bagi indomie,melainkan karena kita berbagi kasih sayang yang tulus.
Kebahagiaan inilah yang ingin dibagikan pada orang banyak,melalui tulisan ini.
Tjiptadinata Effendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI