Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa 'Kisah Pengangguran Berlabel Sarjana' Terus Terulang Setiap Tahun?

17 Februari 2017   07:32 Diperbarui: 18 Februari 2017   19:27 4200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Dokumentasi Pribadi

Sementara tangan-tangannya sibuk menyabuni dan membersihkan mobil, si pemuda memperkenalkan diri tanpa diminta. “Kami ini merantau Om dari Medan.” Tadinya tujuan mau kerja kantoran, tapi ternyata ijazah Sarjana Hukum saya tidak laku di sini hehehe,” katanya sambil ketawa lepas. "Mau pulang kampung? Ah, malu-maluin orang tua. Karena akan jadi bahan gosip di kampung saya. Si Ucok katanya studi di Jakarta, eh pulangnya nganggur, bah!".

 “Tapi alhamdulilah Om. Tadinya saya kerja sama orang nyuci mobil, tapi sekarang sudah mandiri dan malah bisa rekrut teman-teman sekampung, dari pada mereka jadi pengangguran di sini. Ada 6 orang anak buah saya. Oya, saya biasa dipanggil "Ucok", Om,” katanya dalam logat Batak yang kental "Sudah dua tahun saya usaha ini dan alhamdulilah kredit motor sudah lunas, Om."

"Memang banyak teman yang mengejek aku, 'Hai Cok, jauh-jauh kau merantau, cuma jadi tukang cuci mobil?' Tapi saya tidak malu, Om. Bagi saya ini adalah landasan untuk dapat usaha yang lebih baik, yang penting halal ya, Om."

Saya salut banget pada si Ucok dan teman temannya yang punya harga diri dan tidak mau menjadi beban bagi orang tuanya di kampung.

Alasan Lain Mengapa Jadi Pengangguran juga Ok?

Salah satu alasan mengapa di Indonesia sarjana jadi penganggur juga ok? Karena tanpa harus kerja atau dengan alasan belum ada lowongan kerja, mereka tetap dapat hidup ongkang-ongkangan di rumah orang tua, karena seluruh biaya hidup masih ditanggung orang tua. Bahkan pacaran pun dibiayai orang tua.

Sekilas Gambaran di Australia

Tanpa bermaksud melecehkan anak-anak dari negeri sendiri, mungkin ada baiknya kita simak mengapa di Australia sangat minim sarjana yang menggangur? Karena sejak dari SMP dan anak-anak di sini sudah dibiasakan kerja paruh waktu, walaupun gaji cuma 8 -12 dolar per jam, tapi setidaknya sudah merupakan langkah mempersiapkan mereka. Kerja paruh waktu di Mc Donalds atau KFC, maupun di toko roti atau di restoran.

Ketika mahasiswa, gaji mereka sudah meningkat menjadi 15-20 dolar per jam. Jadi sejak dari SMA, anak-anak di sini sudah tidak minta uang jajan lagi pada orang tua karena mereka sudah memiliki uang sendiri. Apalagi kalau mahasiswa, seperti cucu-cucu kami, sehari minimal penghasilannya 60 dollar. Jadi pacaran tidak pernah minta uang orang tua.

Belum Sarjana Sudah Kerja

Belum sarjana rata-rata mereka sudah bekerja. Jadi tidak ada istilah "lepas toga tambah pengangguran," karena mereka sudah punya pekerjaan. Setelah selesai sarjana, sementara menunggu lowongan sesuai spesifikasi, mereka tetap bekerja di tempat sebelumnya. Misalnya di Mal, Super Market atau menjadi staf pelatih dalam Gymnastic, Balet dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun