Mohon tunggu...
Tjatur Piet
Tjatur Piet Mohon Tunggu... Swasta -

Saya biker...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dimaafkan tapi Tidak Dilupakan

24 Juli 2015   07:27 Diperbarui: 24 Juli 2015   07:30 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap setahun sekali umat muslim di seluruh dunia menyambut dengan gembira datangnya bulan suci ramadhan, kesempatan untuk mendapat semua kebaikannya. Dan setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh akhirnya hari kemenangan pun tiba, Hari Raya Iedul Fitri, hari dimana diyakini bahwa kita kembali ke kesucian diri seolah kita lahir kembali seperti bayi yang baru lahir.

Di Hari Raya Iedul Fitri sebuah kesempatan bagi siapa saja untuk melakukan Silaturrahmi saling maaf memaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan selama setahun belakangan. Seharusnya memang kita konsisten dengan makna yang terkandung dalam setiap hari raya lebaran atau Iedul Fitri, semua dari kita diharapkan kembali ke kesucian kembali ke fitrah tetapi namanya manusia lain di bibir lain di hati. Senyuman mengembang, tangan bersalaman erat dan mulut dengan mantap mengucapkan maaf dan memaafkan kadang dibarengi pelukan, cipika cipiki bahkan dihiasi dengan derai air mata. Tapi apakah semua dibarengi dengan keikhlasan hati dan menghapus dari memori/ingatan dalam pikiran dan kenangan kita ?? Kata-kata ,"Ya, saya maafkan kesalahanmu tapi maaf saya tidak melupakannya" (dalam hati) adalah kata-kata yang manusiawi sekali... ibaratkan sebuah Bom, suatu saat akan meledak dan muncul kembali kepermukaan, dan dampaknya adalah jarak semakin menjauh, kepercayaan menjadi berkurang, dan tentu saja dibarengi dengan kecurigaan dan lain lain sifat yang pasti akan merugikan baik jasmani maupun rohani.

Sedih memang kalau bertemu dengan teman atau saudara yang mengatakan kata-kata tersebut, kita merasa putus asa dan menjadi malas dan benci pasti sulit juga bagi kita untuk melakukan sesuatu bersama orang tersebut dengan tanpa beban.

Menjadi seorang pemaaf akan mempunyai pribadi yang sabar, mempunyai sifat menyayangi dan tenang selain banyak energi positif lainnya yang dapat digunakan untuk hal hal yang positif, bandingkan dengan yang berjiwa pendendam atau sulit memberikan kata maaf dan melupakan segala hal negatif yang menimpa dirinya yang diterima dari teman, saudara atau orang lain, biasanya orang semacam ini gampang sekali terkena rasa gelisah, tidak fokus dalam menghadapi pekerjaan dan yang utama adalah setres yang sering muncul.

Lebaran memang baru lewat tetapi ini masih bulan Syawal, tidak ada kata-kata terlambat untuk memaafkan dengan tulus dan menjadikan jiwa kita bersih sebersihnya, manusia tidak sempurna dan melakukan kesalahan adalah sifat yang gampang melekat.

Bagaimana menurut anda ??

Mohon dimaafkan lahir dan bathin...

Selamat Iedul Fitri 1436 H.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun