Mohon tunggu...
Tjatur Piet
Tjatur Piet Mohon Tunggu... Swasta -

Saya biker...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melawan LSM Abal-abal? Siapa Takut!

19 Maret 2017   08:17 Diperbarui: 19 Maret 2017   16:00 6007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian ini sudah lama lebih 7 tahun lalu, waktu itu saya menjabat sebagai seorang Kepala Kantor di sebuah kota kecil. 

Tidak seperti biasanya saya datang lebih pagi, saya tidak langsung masuk ruangan saya namun duduk di kursi kosong di samping kursi Manajer SDM/Adm yang belum datang, pakaian seragam yang saya gunakan sangat santai, kemeja lengan pendek tidak dimasukkan. Hari Selasa biasanya surat dinas dari kantor wilayah atau pusat sedikit, dan memang hari itu di mejanya cuma ada satu dan setelah surat saya buka isinya hanya pemberitahuan/informasi, saya langsung tulis disposisi dan kemudian melanjutkan dengan membaca koran di situ juga, tidak berapa lama Manajer SDM/Adm, seorang perempuan dengan usia 2 tahun lebih tua dari saya namun kerjanya sangat bagus dan dapat diandalkan datang, setelah saling sapa dan saya tanyakan kondisi kesehatannya dia melanjutkan persiapan di mejanya dan saya sendiri kembali asyik membaca koran, sebenarnya ini bukan kebiasaan saya, seringnya koran masih terlipat rapi di meja kerja saya sampai saya pulang. 

Tidak berapa lama datang 2 (dua) orang bapak masuk menghampiri meja Manajer SDM/Adm, dari balik koran saya lirik mereka, penampilannya tidak meyakinkan, salah seorang dari mereka memakai jaket motif tentara, rambut panjang dan bertopi, sedangkan yang satu memakai kaos dan celana blue jean lusuh. Setelah dipersilakan duduk mereka mulai membuka percakapan lebih kurang demikian : 

"Ada yang bisa saya bantu pak ?" tanya Manajer saya. 

"Kami mau bertemu dengan Bapak Pimpinan" jawab yang berjaket, 

Sang Manajer melirik saya, dengan tetap menutup muka dengan koran yang hanya terlihat oleh sang Manajer saya memakai isyarat tidak ada. Kebiasaan ini saya terapkan/ajarkan kepada semua karyawan dan karyawati, mereka tahu mana tamu penting mana yang abal-abal, kalau para wartawan saya kenal semua, ada 7 (tujuh) orang yang minimal 2 bulan sekali saya ajak makan siang atau makan malam kadang mereka mampir ke ruangan saya dari satu acara hanya sekedar istirahat / ngadem dan menikmati teh botol dingin di lemari es yang ada di ruangan saya beberapa yang lama sebelum duduk malah meminta minum dan mengambil sendiri, "Nggak sopan masak Kepala Kantor melayani minum wartawan, begitu canda mereka, 

Kembali ke laptop 

"Maaf Bapak Kepala belum datang, ruangannya masih gelap" jawab sang Manajer berbohong atas perintah saya. 

"Kapan datangnya ?" tanyanya lagi bahasanya sungguh datar sekali 

 "Maaf Pak tidak tahu kadang pagi sudah ke kantor wilayah sambil menyebutkan sebuah kota besar" (jaraknya 2,5 jam perjalanan dengan mobil dinas)

 "Ada keperluan apa Pak, ? tanya sang Manajer 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun