Di tengah pertumbuhan kota yang kian pesat, kita menyaksikan dua sisi mata uang yaitu pembangunan yang mengesankan, namun juga tata kota yang kerap timpang. Permukiman tumbuh tanpa rencana, ruang terbuka hijau tergeser beton, dan infrastruktur publik tak jarang tumpang tindih. Pertanyaannya, apakah kita akan terus membenahi kerusakan, atau mulai mendidik generasi muda agar tak mengulang kesalahan yang sama?
Saatnya kita bicara tentang pendidikan arsitektur untuk remaja. Selama ini, arsitektur baru dikenalkan secara formal di tingkat perguruan tinggi. Padahal, pemahaman dasar tentang ruang, bentuk, fungsi, dan keberlanjutan lingkungan bisa dan seharusnya dikenalkan lebih awa, bahkan sejak SMP atau SMA.
Mengapa penting? Karena kota bukan hanya dibentuk oleh para insinyur dan perencana, tapi oleh seluruh warganya. Remaja yang memiliki sense of design dan pemahaman tata ruang akan tumbuh menjadi warga yang lebih sadar akan pentingnya keteraturan kota. Mereka tak hanya akan menjadi arsitek profesional, tapi juga konsumen ruang yang lebih bijak.
Bayangkan jika di setiap sekolah ada pelajaran atau ekstrakurikuler "Arsitektur dan Kota", yang mengajarkan bagaimana menyusun ruang, memahami estetika bangunan, mempertimbangkan arah matahari, aliran air, hingga pentingnya pohon dan taman. Remaja tak hanya belajar menggambar bangunan, tapi juga membayangkan bagaimana sebuah kota hidup berdampingan dengan manusianya.
Di era digital saat ini, alat bantu belajar arsitektur pun makin mudah diakses dari software pemodelan 3D hingga augmented reality yang bisa memperlihatkan rancangan bangunan secara nyata. Bahkan, banyak platform edukasi global yang membuka kursus arsitektur dasar secara gratis.
Pendidikan arsitek sejak dini bukan hanya soal mencetak desainer bangunan. Ini tentang membangun generasi yang mampu melihat kota dengan cara berbeda, tidak semata sebagai tumpukan beton, melainkan sebagai ruang hidup yang harus nyaman, berkelanjutan, dan manusiawi.
Jika kita ingin kota-kota di Indonesia semakin tertata, tak cukup hanya memperbaiki kebijakan. Kita perlu menyiapkan manusianya. Dan itu dimulai dari pendidikan, bukan nanti, tapi sekarang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI