Kamu pasti masih ingat rasanya menerima uang jajan dari orangtua di pagi hari.
Kecil-kecil, tapi berasa seperti pegang kekuasaan besar.
Lima ribu rupiah saja sudah bisa menentukan, mau beli gorengan dua biji, es teh manis, atau simpan buat beli penghapus lucu di koperasi.
Uang jajan bukan cuma soal beli makanan. Itu simbol kebebasan kecil bagi anak.
Dengan uang jajan, anak belajar mengambil keputusan, mengenal nilai uang, dan, secara tak langsung, belajar bersosialisasi.
Tapi sekarang, situasinya mulai berubah.
Sejak pemerintah menggulirkan program Makan Bergizi Gratis (MBG), banyak anak di sekolah dasar dan menengah pertama sudah mendapatkan makan siang langsung dari sekolah.
Gratis, sehat, bergizi, dan, katanya, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi anak selama jam belajar.
Lalu muncul pertanyaan baru, kalau anak sudah dapat makan di sekolah, apakah uang jajan masih perlu?
Dan kalau iya, seberapa banyak sebaiknya?
Program MBG ubah cara orangtua memberi uang jajan. Saatnya ajarkan anak mengatur keuangan dan menabung sejak dini, bukan sekadar jajan di sekolah. - Tiyarman Gulo
MBG dan Perubahan Pola Konsumsi Anak
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah salah satu kebijakan populer pemerintah yang mulai dijalankan di berbagai daerah.