Di sisi lain, reaksi emosional dari politikus seperti Ferdinand juga menunjukkan betapa rapuhnya ruang komunikasi antarlembaga. Alih-alih duduk bersama mencari solusi, kritik dijawab dengan sindiran. Dan publik pun kembali menyaksikan drama kata-kata, bukan perbaikan kebijakan.
Padahal, sektor energi adalah bidang yang paling membutuhkan konsistensi jangka panjang, bukan adu gengsi sesaat. Setiap proyek kilang memakan waktu 7--10 tahun, dengan nilai investasi triliunan rupiah. Butuh kesabaran, stabilitas, dan komunikasi lintas kementerian yang harmonis.
Sayangnya, hal-hal seperti ini sering kalah oleh politik pencitraan.
Kilang, Geopolitik, dan Masa Depan Energi Nasional
Jika mau jujur, tantangan utama pembangunan kilang di Indonesia bukan "kemauan", tapi politik global dan iklim investasi. Setiap kali ada pergantian kebijakan energi dunia, dari embargo Rusia, fluktuasi harga minyak, hingga transisi energi hijau, proyek-proyek besar seperti kilang jadi korban pertama.
Investor berhitung ulang, biaya bahan baku naik, dan teknologi berubah cepat. Sementara di dalam negeri, proses perizinan dan tender belum sepenuhnya efisien. Akibatnya, banyak proyek energi strategis terjebak di antara niat baik dan kenyataan lapangan.
Namun, ada juga harapan baru. Proyek Balikpapan yang hampir rampung bisa menjadi game changer, menandai babak baru kemandirian energi nasional. Jika proyek ini sukses, kepercayaan investor bisa meningkat, dan proyek-proyek kilang lain punya peluang hidup kembali.
Di Antara Malas dan Terjerembab
Kata "malas" memang menyakitkan. Tapi terkadang, kritik keras bisa menjadi pemicu introspeksi. Bagi Pertamina, ini mungkin saatnya menunjukkan hasil nyata, bukan sekadar rencana. Bagi pemerintah, mungkin ini juga waktu yang tepat untuk memperkuat koordinasi dan komunikasi, bukan saling menyalahkan.
Ferdinand benar dalam satu hal, menggampangkan persoalan bisa berujung terjerembab. Tapi menuding tanpa memahami konteks juga bisa membuat bangsa kehilangan arah dalam memperbaiki dirinya.
Di balik perdebatan dua tokoh ini, ada satu pertanyaan besar yang perlu dijawab bersama, Apakah Indonesia benar-benar serius ingin mandiri energi, atau masih terjebak dalam drama politik kata-kata?
Karena pada akhirnya, yang kita butuhkan bukan pejabat yang saling sindir, tapi kerja nyata yang mengalir seperti bahan bakar di pipa-pipa kilang, senyap tapi menggerakkan negeri.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI