Tapi sandal pink? Kondom? Pelumas?...
Publik jadi bertanya-tanya, apa gunanya barang-barang itu dalam rangkaian penyelidikan? Kenapa bukan drone yang disebut Meta, atau sepeda, atau benda-benda lain yang jelas ada di kamar kos tersebut?
Pertanyaan ini menunjukkan jurang antara logika aparat dan logika masyarakat awam. Di mata publik, barang-barang pribadi itu malah membuat kasus terlihat lebih sensasional, bukannya membantu mengungkap kebenaran.
Antara Fakta dan Rasa Tidak Puas
Kasus kematian Arya kini seperti berada di persimpangan. Secara hukum, polisi sudah bicara, tidak ada keterlibatan orang lain. Tapi secara rasa, banyak orang, terutama keluarga, belum bisa menerima begitu saja.
Publik juga merasa kasus ini terlalu cepat "ditutup". Seolah-olah jawaban resmi lebih penting daripada mengurai misteri yang masih terasa janggal.
Barang bukti yang seharusnya jadi kunci, malah jadi bahan kontroversi. Alih-alih memperjelas, justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.
Refleksi Lebih Luas
Kasus Arya sebenarnya bukan hanya soal sandal pink atau kondom. Lebih dari itu, ia mencerminkan masalah yang lebih besar, kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.
Ketika penyelidikan terasa janggal, masyarakat jadi sulit percaya. Apalagi jika keluarga korban sendiri merasa tidak puas dengan kesimpulan resmi.
Di sisi lain, ada juga sisi humanis yang sering terlupakan. Meta Ayu bukan hanya seorang istri yang kehilangan suaminya. Ia juga seorang perempuan yang harus menghadapi stigma, gosip, dan rasa sakit berlapis. Kehilangan pasangan hidupnya saja sudah berat, kini ia juga harus menjelaskan ke publik tentang sandal pink dan kondom yang sebenarnya hanya barang pribadinya.
Akhirnya, publik mungkin tidak akan pernah benar-benar tahu apa yang terjadi di kamar kos Menteng malam itu. Polisi sudah menyimpulkan, keluarga menolak percaya, dan masyarakat hanya bisa berspekulasi.
Tapi satu hal yang pasti, kasus ini meninggalkan tanda tanya besar. Tentang prosedur penyidikan, tentang komunikasi polisi kepada publik, dan tentang bagaimana sebuah tragedi pribadi bisa berubah jadi tontonan nasional.