Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Persimpangan Jalan di Usia 30an

24 September 2025   21:37 Diperbarui: 24 September 2025   21:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang yang Berpikir (pixabay.com/evilfavoriteart )

Di usia 30an kamu merasa hidupmu seperti terjebak di persimpangan? Di satu sisi, kamu sudah punya pekerjaan tetap, gaji yang lumayan, dan mungkin sudah dapat pengakuan dari orang sekitar. Tapi di sisi lain, ada suara kecil dalam hati yang bilang, "Masa iya begini terus sampai pensiun?"

Suara itu makin lama makin keras. Rasa bosan, jenuh, atau bahkan stres, jadi alarm yang bikin banyak orang akhirnya nekat pindah karir. Ada yang merasa lega, tapi ada juga yang menyesal. Inilah pahit-manis pindah karir di usia 30an, fase hidup yang penuh drama, cemas, sekaligus harapan baru.

Pindah karir di usia 30an penuh pahit-manis: ada risiko finansial dan adaptasi, tapi juga peluang menemukan passion, kebebasan, dan hidup lebih bahagia. - Tiyarman Gulo

Kenapa Banyak Orang Pindah Karir di Usia 30an?

Usia 30an sering disebut sebagai masa transisi. Kalau di umur 20an kita masih semangat coba-coba, eksplorasi, atau sekadar ikut arus, maka di umur 30an kita mulai berpikir lebih serius,

  • Apakah pekerjaan ini sesuai passion?
  • Apakah gaji ini cukup buat masa depan?
  • Apakah aku benar-benar bahagia di jalur ini?

Menurut survei global, banyak pekerja di usia 30--35 mulai mempertimbangkan pindah karir karena merasa stagnan. Ada yang ingin keluar dari rutinitas yang membosankan, ada yang nggak tahan dengan budaya kerja toxic, dan ada juga yang ingin kualitas hidup lebih baik, misalnya punya waktu lebih banyak dengan keluarga.

Singkatnya, usia 30an adalah waktu di mana idealisme dan realitas saling bertabrakan. Dan ketika tabrakan itu keras, pindah karir sering jadi pilihan.

Bagian Pahit, Risiko yang Tidak Bisa Diabaikan

Pindah karir bukan cuma soal keberanian, tapi juga soal konsekuensi. Ada sisi pahit yang banyak orang nggak ceritakan di media sosial,

  1. Gaji Berkurang atau Hilang
    Kalau pindah ke bidang baru, kemungkinan besar kita harus mulai dari nol. Itu artinya gaji bisa lebih kecil, tunjangan berkurang, bahkan ada fase "nganggur sementara."
  2. Kehilangan Status
    Di kantor lama, mungkin kita sudah senior, dikenal, dihargai. Tapi begitu pindah, kita bisa jadi "anak baru" lagi, harus belajar, bahkan bisa ditegur oleh orang yang jauh lebih muda.
  3. Adaptasi yang Berat
    Setiap industri punya budaya kerja sendiri. Bayangkan seorang bankir pindah jadi desainer grafis. Beda banget ritmenya. Butuh mental baja untuk bertahan.
  4. Rasa Takut dan Cemas
    Pertanyaan seperti "Apakah aku salah langkah?", "Bagaimana kalau gagal?", atau "Apa kata keluarga?" bisa jadi beban mental yang luar biasa.

Bagian Manis, Harapan yang Membahagiakan

Tapi jangan salah, di balik pahitnya, pindah karir juga membawa rasa manis yang nggak kalah kuat. Banyak orang yang akhirnya merasa menemukan dirinya kembali.

  1. Menemukan Passion
    Ada yang akhirnya bisa menekuni pekerjaan yang benar-benar disukai. Misalnya, seorang akuntan yang dulu hobi menulis akhirnya berani jadi content writer.
  2. Kesehatan Mental Lebih Baik
    Bekerja di tempat yang sesuai hati bisa mengurangi stres, bikin tidur lebih nyenyak, bahkan meningkatkan kualitas hubungan dengan orang terdekat.
  3. Work-Life Balance
    Banyak yang pindah karir demi punya lebih banyak waktu. Dari kerja kantoran 9-to-5 pindah ke freelancer atau wirausaha, misalnya.
  4. Merasa Lebih Merdeka
    Nggak ada yang lebih menyenangkan daripada bangun pagi dengan semangat, bukan sekadar kewajiban.

Kisah Ilustratif, Dua Jalan, Dua Nasib

Dua orang di usia 32 tahun,

  • Rina, seorang karyawan bank yang jenuh, akhirnya pindah ke dunia kuliner dengan membuka usaha kecil. Awalnya berat, gaji jelas turun drastis. Tapi setelah 3 tahun, ia berhasil punya brand makanan sendiri dan merasa jauh lebih bahagia.
  • Doni, seorang engineer yang nekat pindah jadi fotografer tanpa persiapan matang. Ia meninggalkan gaji besar, tapi tidak menyiapkan tabungan. Hasilnya? Stress finansial, terpaksa balik kerja kantoran, dan rasa percaya diri sempat runtuh.

Dua kisah ini menunjukkan satu hal, pindah karir bisa berhasil, bisa juga gagal, tergantung cara kita mempersiapkan diri.

Tips Praktis Sebelum Pindah Karir

Kalau kamu lagi galau, berikut beberapa langkah sederhana sebelum mengambil keputusan besar ini,

  1. Evaluasi Motif, Tanya diri sendiri, apakah ingin pindah karena benar-benar ingin, atau cuma lari dari masalah sementara?
  2. Siapkan Dana Darurat, Minimal 6--12 bulan biaya hidup, supaya nggak panik kalau pendapatan turun.
  3. Belajar Skill Baru, Investasi pada diri sendiri, entah kursus, sertifikasi, atau pengalaman freelance.
  4. Bangun Jaringan, Kenalan dengan orang-orang di bidang baru, cari mentor kalau bisa.
  5. Mulai dari Sampingan, Coba dulu sebagai pekerjaan sampingan sebelum full-time.

Apa Arti Sukses Bagimu?

Kadang, pindah karir bukan hanya soal uang atau jabatan. Lebih dalam dari itu, pindah karir adalah perjalanan mencari arti "sukses" yang sebenarnya. Bagi sebagian orang, sukses berarti gaji tinggi. Bagi yang lain, sukses adalah punya waktu untuk anak, kesehatan mental, atau sekadar bisa hidup tanpa merasa tertekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun