Ada beberapa faktor yang sering bikin anggaran daerah "aneh",
- Kebiasaan copy-paste anggaran tahun sebelumnya tanpa evaluasi serius.
- Kurangnya pengawasan DPRD yang seharusnya mengoreksi, tapi kadang justru ikut mengesahkan tanpa banyak kritik.
- Transparansi yang minim, sehingga publik baru tahu setelah ada yang mengulas seperti Leony.
APBD itu uang rakyat. Mestinya dipakai untuk pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, transportasi, infrastruktur. Tapi sering kali yang membengkak justru anggaran birokrasi, perjalanan dinas, rapat, ATK, hingga belanja hiburan.
Kenapa Kritik Selebritas Lebih "Nendang"?
Lucunya, meski dokumen APBD bisa diakses publik, jarang ada yang benar-benar membaca ribuan halaman tebal itu. Baru setelah seorang aktris seperti Leony menyoroti, publik ramai-ramai peduli.
Kenapa begitu?
- Karena bahasa selebritas lebih membumi. Leony pakai kalimat simpel, "Itu beli ATK atau pabriknya?"
- Karena publik lebih cepat merespons sindiran jenaka ketimbang laporan formal.
- Karena di era media sosial, suara figur publik punya efek berantai.
Kritik Leony akhirnya membuka mata banyak orang bahwa ada yang tidak beres dalam pengelolaan anggaran daerah.
Harapan ke Depan
Tentu kita tidak bisa berhenti hanya di komentar pedas. Kritik publik harus jadi momentum,
- Mendorong transparansi, Pemkot wajib menjelaskan detail penggunaan anggaran.
- Menguatkan pengawasan, DPRD dan lembaga audit harus lebih serius.
- Partisipasi warga, Masyarakat bisa lebih aktif mengawasi dan menyuarakan.
Karena ujung-ujungnya, uang Rp38 miliar untuk ATK, Rp117 miliar untuk perjalanan dinas, hingga Rp60 miliar untuk konsumsi rapat itu bukan uang pejabat, tapi uang rakyat yang dipungut lewat pajak.
Penutup Humanis
Leony sudah melakukan bagian kecilnya, membunyikan alarm. Sekarang, tugas kita sebagai warga adalah tidak pura-pura tuli.
Kalau uang rakyat tidak dipakai untuk rakyat, lalu untuk siapa?
Apakah kita rela uang yang seharusnya memperbaiki jalan berlubang, membantu warga miskin, atau menyediakan fasilitas publik, malah habis untuk pulpen mewah, perjalanan dinas, dan rapat dengan snack mahal?
Mungkin sudah saatnya kita semua ikut menjaga, karena yang sedang dipertaruhkan bukan cuma angka dalam laporan keuangan, tapi masa depan kota dan kehidupan orang-orang kecil di dalamnya.(*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI