Mohon tunggu...
Tiyarman Gulo
Tiyarman Gulo Mohon Tunggu... Penulis

Menulis adalah jalan cuanku!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Solusi dari Menkeu Purbaya Saat Dompet Negara Lagi "Kering"

23 September 2025   12:06 Diperbarui: 23 September 2025   12:06 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkeu Purbaya (kompas.com/Agustinus Rangga Respati)

Kamu ngerasain di tengah bulan dompet tiba-tiba tipis? Padahal, awal bulan gajian masih terasa tebal. Uang pelan-pelan habis untuk bayar kos, cicilan motor, kuota internet, jajan online, sampai nggak sadar saldo tinggal pas-pasan buat bertahan sampai gajian berikutnya.

Nah, kira-kira seperti itu juga kondisi keuangan negara. Bedanya, kalau kita ngurus dompet pribadi, negara harus ngurus APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Dan kabar terbaru dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bikin kita harus angkat alis, penerimaan negara tahun 2025 ternyata merosot dibanding tahun lalu.

Di konferensi pers APBN KiTa edisi September 2025, Menkeu Purbaya melaporkan bahwa sampai akhir Agustus 2025, pendapatan negara baru terkumpul Rp 1.638,7 triliun. Itu artinya baru 57,2% dari target (outlook) APBN 2025. Kalau dibandingkan periode yang sama tahun lalu, jumlahnya malah turun 7,8%.

Buat kamu yang nggak terbiasa dengan angka besar triliunan rupiah, cukup bayangkan begini, negara tahun lalu dapat "gaji" Rp 1.777,3 triliun, tapi tahun ini cuma Rp 1.638,7 triliun. Artinya, ada duit yang hilang hampir Rp 140 triliun. Itu jumlah yang bisa buat bangun ribuan sekolah, rumah sakit, atau jalan tol baru. Jadi wajar kalau Menkeu kelihatan agak serius waktu menyampaikan laporan ini.

Penerimaan negara 2025 turun 7,8%. Pajak melemah, PNBP jeblok, tapi belanja naik. Defisit Rp321,6 T, keseimbangan primer masih surplus. - Tiyarman Gulo

Apa yang Dilaporkan Menkeu Purbaya?

Kalau dirangkum, inilah isi laporan Purbaya soal penerimaan dan belanja negara hingga Agustus 2025,

  • Pendapatan negara, Rp 1.638,7 triliun (57,2% dari target). Turun 7,8% dibanding tahun lalu.
  • Pendapatan perpajakan, Rp 1.330,4 triliun (55,7% target). Turun 3,6%.
  • Dari pajak murni, Rp 1.135,4 triliun (54,7% target). Turun 5,1%.
  • Dari kepabeanan & cukai, Rp 194,9 triliun (62,8% target). Justru naik 6,4%.
  • PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak), Rp 306,8 triliun (64,3% target). Turun 20,1%.
  • Defisit APBN, Rp 321,6 triliun (1,35% dari PDB).
  • Belanja negara, Rp 1.960,3 triliun (55,6% target). Naik 1,5% dibanding tahun lalu.

Kalau dipikir-pikir, belanja negara justru naik, tapi pendapatan turun. Hasilnya? Ya defisit. Sama kayak kamu, kalau gaji tetap atau malah menurun, tapi gaya hidup atau kebutuhan bulanan makin tinggi, tabungan pasti tergerus.

Kenapa Penerimaan Negara Menurun?

Pertanyaan penting, kenapa duit negara malah berkurang? Padahal kita sering dengar banyak orang bilang pajak makin ketat.

  1. Pajak melemah
    Realisasi penerimaan pajak sampai Agustus 2025 turun 5,1% dibanding tahun lalu. Bisa jadi karena perlambatan ekonomi di beberapa sektor. Misalnya, dunia usaha lesu, ekspor-impor menurun, otomatis setoran pajak juga ikut turun.
  2. PNBP jeblok
    PNBP alias penerimaan non-pajak turun drastis 20,1%. PNBP ini biasanya datang dari SDA (minyak, gas, tambang), dividen BUMN, atau layanan negara. Turunnya harga komoditas global bisa jadi penyebab utama.
  3. Ketidakpastian global
    Dunia lagi nggak tenang, ada perang di beberapa kawasan, harga minyak naik-turun, ekonomi global melambat. Semua ini ikut ngaruh ke penerimaan negara kita.

Sisi Positif, Apa yang Masih Tumbuh?

Nggak semua kabar buruk. Ada juga hal-hal yang justru membaik,

  • Kepabeanan & cukai naik 6,4%
    Ini bisa jadi karena pengawasan impor makin ketat, konsumsi produk dalam negeri naik, atau kampanye anti-rokok ilegal berhasil.
  • Belanja pemerintah naik 1,5%
    Artinya pemerintah tetap berusaha menggerakkan ekonomi lewat belanja, meski penerimaan turun.
  • Transfer ke daerah (TKD) naik 1,7%
    Jadi daerah tetap dapat dana buat jalan pembangunan.

Ini semacam kabar baik di tengah kabar buruk, meski pendapatan turun, mesin penggerak ekonomi dari sisi belanja masih nyala.

Apa Artinya Defisit & Surplus Keseimbangan Primer?

Nah, ini bagian yang kadang bikin bingung masyarakat. Purbaya bilang APBN defisit Rp 321,6 triliun (1,35% dari PDB), tapi juga menyebut "keseimbangan primer surplus Rp 22 triliun."

  • Defisit APBN = pendapatan < belanja. Sama kayak kamu belanja Rp 5 juta padahal gaji cuma Rp 4 juta, berarti ada defisit Rp 1 juta yang harus ditutup pakai utang.
  • Keseimbangan primer surplus = kalau kita nggak hitung bunga utang, ternyata pendapatan negara masih bisa nutup belanja. Jadi sebenarnya "inti" keuangan negara masih sehat.

Dengan kata lain, APBN memang defisit, tapi belum dalam kondisi bahaya.

Dampaknya ke Kita, Rakyat Biasa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun