Jika motifnya adalah untuk membungkam seorang saksi kunci, maka tingkat perencanaannya pun harus sempurna. Dan inilah yang ditemukan oleh polisi. Pembunuhan Ilham bukanlah hasil dari emosi sesaat. Ini adalah sebuah proyek, sebuah operasi terencana dengan struktur komando yang jelas.
Empat aktor intelektual, termasuk Dwi Hartono, diduga berperan sebagai dewan direksi kejahatan. Mereka yang merancang, mereka yang memberi perintah, dan mereka yang menyediakan dana. Sementara empat eksekutor lapangan bertindak sebagai tim eksekusi. Mereka mungkin tidak tahu gambaran besarnya. Mereka hanya menjalankan tugas yang diberikan, mungkin dengan iming-iming uang yang bagi mereka besar, namun bagi para dalang hanyalah "biaya operasional" untuk menutupi kejahatan yang jauh lebih masif.
Fakta bahwa mereka ditangkap di berbagai penjuru negeri menunjukkan seberapa besar upaya mereka untuk menyebar dan menghilangkan jejak setelah operasi berhasil. Mereka pikir, dengan berpencar, mereka akan aman. Namun, mereka salah perhitungan. Mereka meremehkan kegigihan aparat yang sejak awal sudah tahu bahwa ini bukanlah kasus biasa.
Pelajaran Pahit
Kasus pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta telah bertransformasi dari sebuah berita kriminal menjadi sebuah jendela buram untuk mengintip dunia kelam kejahatan kerah putih. Ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa di balik gedung-gedung tinggi, jas-jas mahal, dan seminar-seminar motivasi, bisa bersemayam keserakahan yang tak kenal batas, keserakahan yang rela menukar nyawa manusia demi menutupi jejak kejahatan finansial.
Kini, pertanyaan-pertanyaan besar masih menggantung di udara, menunggu untuk dijawab di ruang pengadilan. Seberapa dalam sebenarnya "lubang kelinci" fraud yang coba ditutupi ini? Apakah Dwi Hartono bertindak sendiri, atau ia hanya satu bagian dari jaringan yang lebih besar di dalam tubuh bank itu sendiri? Apakah kasus ini hanyalah puncak dari sebuah gunung es?
Satu hal yang pasti, kisah tragis ini memberikan kita pelajaran pahit tentang betapa menipunya sebuah citra. Di era di mana kesuksesan sering diukur dari apa yang tampak di permukaan, kasus ini membuktikan bahwa topeng paling gemerlap sekalipun bisa menyembunyikan wajah yang paling mengerikan. Dan di tengah semua ini, kita berutang pada mendiang Mohamad Ilham Pradipta untuk memastikan bahwa kebenaran, seburuk apapun itu, akhirnya akan terungkap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI